Indonesia menghadapi lonjakan kasus Covid-19. Tercatat kasus harian per Kamis 15 Juli 2021 bertambah sebanyak 56.757 atau naik lebih dari tiga kali lipat dibanding periode puncak pada 21 Februari 2021 yang berada di angka 15 ribu kasus harian. Lonjakan kasus akibat merebaknya virus varian baru delta memberikan tantangan baru di tengah upaya percepatan vaksinasi dan pemulihan ekonomi.
Laporan terbaru DBS Flash bertajuk Indonesia: In Pandemic in Fire Fighting Mode menyebutkan, kenaikan kasus Covid-19, telah menekan fasilitas kesehatan dengan tingkat keterisian tempat tidur (Bed Occupancy Ratio/BOR) pasien isolasi di rumah sakit di seluruh pulau Jawa di kisaran 80-96%. Angka ini jauh di atas ambang batas yang direkomendasikan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sebesar 60%. BOR bervariasi antar provinsi, dimana Banten mecatat tingkat tertinggi, diikuti DKI Jakarta (92,3%), Sulawesi Tenggara (92%), Jawa Barat (89,6%) dan dilayah lainnya.
Akibat jumlah kasus yang terus meningkat, pemerintah memberlakukan pembatasan kegiatan masyarakat darurat (PPKM) darurat untuk wilayah Jawa dan Bali yang berlaku mulai 3 hingga 20 Juli 2021. Pembatasan ketat ini diperpanjang dan diperluas ke sejumlah wilayah di luar Jawa-Bali hingga laju kasus harian dapat ditekan.
Kebijakan PPKM darurat itupun berdampak terhadap kegiatan usaha. Prosedur PPKM di antaranya mengharuskan penutupan mal, melarang restoran melayani kegiatan makan di tempat, penutupan sekolah serta fasilitas umum. Mobilitas pekerja dan kegiatan operasional pun dibatasi hanya sektor esensial atau kritis seperti sektor energi, kesehatan, logistik, utilitas dan lainnya yang diizinkan untuk bekerja dari kantor.
Kebijakan PPKM diperkirakan memberi dampak terhadap perekonomian. Peningkatan kasus Covid-19 juga berisiko bagi pertumbuhan ekonomi dalam negeri.
“Pemerintah telah menurunkan proyeksi pertumbuhan 2021 menjadi 3,7% - 4,5% dari sebelumnya 4,5% - 5,3% dengan pengeluaran sektor publik dan ekspor sebagai pendorong utama,” tulis Ekonom DBS Radhika Rao dalam laporan DBS bertajuk Indonesia: In Pandemic Firefighting Mode.
Konsensus Bloomberg memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia moderat mengejar PDB 2021. Sementara DBS merevisi pertumbuhan ekonomi RI dari yang sebelumnya 4% menjadi 3,5% sebagai dampak lonjakan kasus Covid-19 dan pelaksanaan PPKM darurat Jawa-Bali.
Meski pada kuartal II indikator eksternal seperti ekspor meningkat, memasuki kuartal ketiga ekonomi diperkirakan terkontraksi dipicu menurunnya tingkat konsumsi dan permintaan di masa pembatasan. Alhasil, DBS pun menurunkan proyeksi inflasi pada 2021 dan 2022 menjadi 1,5% dan 2,2%.
Untuk mengendalikan penyebaran virus Covid-19 dan mencegah penurunan lebih dalam bagi perekonomian, selain pembatasan mobilitas, pemerintah juga menggencarkan vaksinasi di berbagai daerah. Jumlah penduduk yang divaksinasi tercatat terus meningkat hingga mencapai tiga kali lipat atau 700 ribu orang per Juni 2021. Pemerintah menargetkan 181 juta penduduk sudah divaksin pada Maret 2022 mendatang.
Berdasarkan data per 7 Juli 2021, sebanyak 50 juta penduduk telah divaksin, yang mana 34 juta penduduk telah menerima satu dosis vaksin, sementara 14 juta lainnya menerima vaksinasi penuh. Pemerintah juga berupaya memesan 330 juta dosis vaksin dengan tambahan 334 juta dan pasokan potensial 664 juta yang terdiri dari Sinovac, Novovac, di bawah fasilitas Covax, dan Astrazeneca.
Bersamaan dengan itu, Presiden Joko Widodo meminta Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin meningkatkan vaksinasi Covid-19 di tiga provinsi yakni Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Banten. Ini dikarenakan, rasio pemberian vaksin di tiga wilayah tersebut masih rendah.
Jokowi menyampaikan rasio vaksinasi di Jawa Barat baru mencapai 12%, sedangkan rasio serupa di Jawa Tengah dan Banten hanya 14%. Padahal pemberian vaksin diperlukan demi mencapai kekebalan kelompok dari Covid-19.
Angka ini terpaut jauh dari DKI Jakarta sebesar 72% dan Bali yang telah mencapai 81%. Oleh sebab itu Presiden meminta penyuntikan vaksin di tiga wilayah lain segera dipacu.
“Sehingga Jawa bisa masuk herd immunity (kekebalan kelompok) pada Agustus akhir atau paling lambat pertengahan September,” kata Jokowi dikutip dari Katadata.co.id, Minggu (18/7).
Jokowi secara khusus juga meminta seluruh jajaran pemerintah hingga di tingkat paling bawah mendistribusikan vaksin dengan cepat. Presiden menyampaikan bahwa Indonesia telah mengantongi 137 dosis vaksin baik jadi maupun bulk. Adapun jumlah masyarakat yang telah disuntik baru 54 juta. Oleh karenanya, angka ini perlu ditingkatkan lagi.
Insert databoks: https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2021/07/14/37-juta-orang-indonesia-telah-terima-vaksin-covid-19-siapa-saja
Covid-19 di ASEAN
Lonjakan kasus Covid-19 tak hanya terjadi di Indonesia, tetapi juga di Asia Tenggara hingga awal Juli. Menyebarnya varian Delta menjadi penyebab di balik lonjakan kasus Covid-19.
Sejumlah negara ASEAN pun turut memberlakukan pembatasan ketat seiring dengan melambungnya angka kematian. Thailand dan Malaysia misalnya, yang melakukan pengetatan pembatasan. Negeri Jiran bahkan kembali memperpanjag periode penguncian wilayah atau lockdown hingga jumlah kasus harian bisa ditekan di bawah 4.000.
Pemberlakuan kembali pembatasan telah memperburuk mobilitas dan indeks kepercayaan serta diskresi dan non diskresi.Dalam laporan berjudul ASEAN-6 Chartbook: Awaiting a Vaccination Pivot, DBS kembali memangkas proyeksi pertumbuhan agregat ASEAN-6.
"Kami memangkas pertumbuhan agregat ASEAN-6 dengan perkiraan menjadi 5% dari 5,2% pada 2021. Penurunan 20-30 bps tergantung pada panjangnya pandemi," ujar Ekonom DBS Radhika Rao.
Namun, dalam laporan Indonesia/Thailand: Bumpy Road to Recovery, DBS kembali merevisi proyeksi pertumbuhan ekonomi negara ASEAN-6 menjadi 4,6% dari 5% karena dinilai rentan dengan pandemi yang berkembang saat ini. Oleh karenanya, prioritas pertumbuhan ekonomi domestik, program vaksinasi yang diikuti kebijakan fiskal dan moneter yang akomodatif diharapkan bisa menjadi pelengkap yang mendorong pertumbuhan pada sisa tahun ini.
Dalam upaya menekan laju penyebaran Covid-19, sejumlah negara juga terus menggencarkan vaksinasi. Singapura memimpin vaksinasi dengan 50,8% penduduk telah menerima setidaknya satu dosis. Sedangkan Vietnam tertinggal, dimana baru 3,30% penduduk menerima vaksinasi.
Kekurangan pasokan dan kendala administrasi menjadi penghambat percepatan vaksinasi.
Situasi perekonomian di Asia Tenggara terus berkembang dinamis. Bank DBS menyediakan layanan lengkap untuk nasabah, SME dan juga perusahaan untuk membantu memahami seluk-beluk bisnis. Untuk mengetahui lebih dalam beragam informasi ekonomi terkini di kawasan Asia Tenggara serta analisis keuangan dari DBS, pembaca bisa klik di sini (http://go.dbs.com/id-katadata-aics) untuk keterangan lebih lanjut.-