Indonesia siap meninggalkan 2021 dengan sejumlah torehan keberhasilan signifikan yang mencerminkan keseriusan upaya pemerintah, terutama di bidang kesehatan dan ekonomi.
Kondisi tersebut tentunya ikut menguatkan keyakinan sejumlah pihak untuk mendukung program pemerintah Indonesia untuk mengawal laju pemulihan kesehatan masyarakat dan perekonomian.Dalam bidang kesehatan, hingga minggu kedua Desember 2021, berdasarkan catatan Kementerian Kesehatan, sebanyak 103 juta warga telah divaksinasi dosis lengkap. Sementara 146 juta warga lainnya telah divaksin dosis pertama.
Secara total, sebanyak 251,14 juta dosis vaksin telah disuntikkan, dan akan menembus 300 juta vaksinasi pada minggu ketiga Januari 2022.
“Vaksinasi yang kami lakukan sudah mencapai 38,16 persen dari jumlah total populasi,” ujar Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin saat rapat dengan DPR, Selasa (14/12).
Walaupun target capaian vaksinasi 70 persen belum tercapai dan baru dilakukan di 13 provinsi dari total 33 provinsi, tapi kerja keras pemerintah dalam menanggulangi pandemi mendapatkan pengakuan dari dunia internasional. Alhasil Indonesia masuk dalam lima besar negara dengan jumlah capaian vaksinasi terbesar di dunia.
Saat ini, hanya ada lima negara yang berada di atas Indonesia, yakni China (2,6 miliar dosis), India (1,3 miliar dosis), Amerika Serikat (484 juta dosis) dan Brasil (319 juta dosis), berdasarkan informasi yang dirilis oleh Menteri keuangan Sri Mulyani Indrawati di sebuah acara pada minggu lalu.
Pada sektor perekonomian, fenomena pemulihan juga sudah tergambar jelas. Bank Indonesia memprediksikan bahwa Indonesia akan mengalami tingkat pertumbuhan ekonomi 4,7-5,5 persen pada 2022.
Berdasarkan catatan BPS, Indonesia mencatat pertumbuhan ekonomi sebesar 3,51 persen pada kuartal III- 2021 (YoY). Sektor usaha jasa kesehatan dan kegiatan sosial mencatatkan pertumbuhan tertinggi sebesar 14,01 persen. Ekspor barang dan jasa juga terlihat membukukan kenaikan tertinggi sebesar 29,16 persen.
Wakil Menteri Perdagangan Jerry Sambuaga beberapa waktu lalu menyatakan bahwa kondisi perekonomian Indonesia semakin menunjukkan indikasi bertumbuh. Salah satunya terlihat dari neraca perdagangan Indonesia pada Oktober lalu yang surplus sebesar US$5,73 miliar.
‘Secara akumulatif, pada periode Januari 2021 hingga Oktober 2021, tercatat surplus sebesar US$ 30,81 miliar, terbesar dalam 10 tahun terakhir,” ujar Jerry.
Senior Economist DBS Bank, Radhika Rao, dalam sebuah diskusi beberapa waktu lalu juga mengutarakan rasa optimisme terhadap perekonomian Indonesia. Menurut dia, ada tiga hal penting yang dapat memicu terjadinya peningkatan pertumbuhan perekonomian Indonesia pada 2022.
Pertama, Indonesia akan berhasil memberikan dosis vaksin penuh kepada 99 persen dari total populasi dewasa pada Maret 2022.
Kesuksesan capaian vaksinasi dan membaiknya tingkat pemulihan ekonomi, kata dia, akan menuntun Indonesia pada kondisi yang kedua, yaitu kemampuan untuk dapat menawarkan lebih banyak investasi dan bergerak pada sektor komoditas hilir serta akselerasi digitalisasi, sehingga akan menunjukkan pertumbuhan ekonomi yang lebih stabil.
“Ketiga, laporan fiskal Indonesia yang memuaskan dan langkah-langkah untuk mengurangi pajak pada rasio PDB akan memperkuat rasio utang dibandingkan negara lain di Asia.”
Radhika menambahkan bahwa program vaksinasi merupakan salah satu kunci dari keberhasilan penanganan pandemi di Indonesia. Dengan terlaksananya program vaksinasi secara masif dan terstruktur, mobilitas masyarakat akan meningkat dan hal ini memicu aktivitas perekonomian untuk mulai berjalan kembali.”
“Jika dapat terus dipertahankan, ekspektasi pemulihan ekonomi, serta pergerakan komponen lain seperti konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah, investasi, hingga ekspor dan impor dapat berjalan sesuai harapan,” kata Radhika.
Bank DBS Indonesia selama ini juga telah mendukung berbagai upaya pemerintah untuk menanggulangi pandemi Covid-19. Caranya dengan berpartisipasi dalam berbagai upaya kolektif untuk meringankan beban masyarakat yang paling terdampak pandemi.
Pada Juli 2021, Bank DBS Indonesia telah menyumbangkan 1.000 konsentrator oksigen kepada masyarakat terdampak lewat Kementerian Kesehatan.
Bekerja sama dengan salah satu wirausaha sosial binaannya, Garda Pangan, Bank DBS Indonesia juga mendonasikan paket donasi sebesar Rp131,2 juta secara berkala bagi 5.252 masyarakat terdampak.
Mereka terdiri atas para lansia, janda, kuli, buruh bangunan, pengendara ojek online, penarik becak dan rumah penampungan eks- penderita kusta di Surabaya, Malang dan sekitarnya. Program ini berlangsung sejak Juli 2020 hingga Juni 2021.
Sebelumnya, pada 2020, Bank DBS Indonesia juga mendonasikan alat Kesehatan dan paket makanan senilai 2,5 juta dolar Singapura.
Secara internal, Bank DBS Indonesia juga telah memberikan kemudahan bagi karyawan untuk dapat bekerja lebih efektif, baik dari rumah maupun dari kantor. Selain itu juga memperkuat lini teknologi informasinya guna memanfaatkan era transformasi digital yang saat ini tengah melanda berbagai macam sektor industri.
Dalam prediksi berbagai pihak, juga ditemukan bahwa berbagai teknologi pendukung era transformasi digital, e-commerce dan ekonomi ramah lingkungan berkelanjutan akan semakin menjadi prioritas di 2022.
Terkait hal ini, Bank DBS Indonesia telah memperkenalkan Socially Responsible Investment (SRI) sejak 2017. DBS juga telah menjadi mitra distribusi green sukuk. Seluruh hasil penerbitan sukut tersebut akan digunakan pemerintah untuk membiayai berbagai proyek ramah lingkungan berkelanjutan.
Bank DBS Indonesia juga telah memberikan pembiayaan ekspor dan pinjaman untuk usaha ramah lingkungan (export financing sustainability-loan) di Indonesia. Hal ini tentunya berjalan serasi dengan aspirasi banyak kalangan yang mendambakan terbentuknya ekosistem industri berkelanjutan demi mewujudkan kehidupan yang lebih baik di masa datang.
Untuk mendukung program inklusi keuangan dan digitalisasi perbankan, Bank DBS Indonesia juga berpartisipasi dengan menjadi salah satu dari 22 institusi perbankan yang akan menerapkan sistem pembayaran BI-FAST tahap pertama.
Sistem BI-FAST dirancang untuk menyediakan infrastruktur pembayaran ritel nasional yang aman, efisien dan real time. Melalui BI-FAST, nasabah dimungkinkan untuk melakukan instant transfer hanya berbekal nomer ponsel atau alamat email penerima.
Bank DBS Indonesia menerapkan biaya transfer pembayaran BI-FAST sebesar Rp2.500 sejak Desember 2021. Melalui program ini, nasabah korporasi dapat mentransfer dana hingga Rp250 juta secara real time dan hanya akan dibebani dana transfer sebesar Rp2.500 per transfer.
Pada tahap selanjutnya, Bank DBS Indonesia akan berfokus pada transfer kredit individual dan akan melayani transfer debit, bulk credit dan request for payment mulai 2022 seiring dengan persiapan yang dilakukan oleh Bank Indonesia.
Sistem pembayaran ini diharapkan dapat menjadi kunci keberhasilan implementasi inklusi keuangan, digitalisasi, serta dapat menjangkau seluruh lapisan masyarakat secara merata, sehingga sistem ini dapat memberikan manfaat yang besar bagi konsumen. Untuk lebih banyak riset dan artikel asian insights, silahkan mengunjungi https://www.dbs.id/id/sme-id/aics/home-.