Perekonomian Indonesia Kini, Apa Kata Menkeu Sri Mulyani?

Pandemi Covid-19 belum berakhir, tapi tanda-tanda menunjukkan, masa-masa paling sulit itu sudah terlewati. Salah satu sinyal itu adalah kenaikan penjualan mobil selama beberapa bulan terakhir. Sepanjang Oktober 2020, industri otomotif mengirim 49.043 unit mobil baru ke dealer-dealer, naik lebih dari 6 persen dibanding penjualan pada bulan September. Bulan lalu, jumlah mobil yang terjual kembali naik 9,8 persen menjadi 53.844 unit.-

“The worst is over. Tapi ini tidak berarti dan tidak menjamin bahwa akan terus bagus kalau kita tidak jaga terus,” kata Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati saat memberikan Kuliah Umum di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (FEB UI) pada Rabu (18/11).

Setelah terjerembab cukup dalam hingga minus 5,32 persen pada kuartal kedua, perlahan perekonomian Indonesia mulai merayap naik, meski masih mengalami kontraksi 3,49 persen. Hingga akhir tahun, Sri Mulyani meramal pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2020 sebesar minus 1,7 persen hingga minus 0,6 persen.

Pemerintah Indonesia terus berupaya menjaga agar roda perekonomian terus berputar meski di tengah pembatasan sosial akibat pandemi. Salah satunya adalah dengan Program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN). Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara mengatakan realisasi anggaran program Pemulihan Ekonomi Nasional dan penanganan Covid-19 hingga 14 Desember 2020 mencapai Rp 482,6 triliun atau 69,6 persen dari pagu sebesar Rp 695,2 triliun.

Untuk bidang kesehatan, realisasi anggaran sebesar Rp 47,05 triliun atau 47 persen dari pagu senilai Rp 99,5 triliun. Dari pagu itu, sebesar Rp 36,44 triliun akan digunakan untuk pendanaan program vaksinasi tahun 2021. "Agar kepercayaan masyarakat meningkat dan aktivitas ekonomi pulih kembali," kata Suahasil dalam konferensi pers APBN Kita secara Virtual,pada Senin, 21 Desember 2020.

Untuk Perlindungan Sosial dari pagu sebesar Rp 230,21 sudah terealisasi hampir 100 persen yakni senilai Rp 217,16 triliun. Kajian Kementerian Keuangan menunjukkan program perlindungan sosial ini berhasil menekan laju kemiskinan ke posisi 8,99 persen. Tanpa program perlindungan sosial, menurut Suahasil, angka kemiskinan bisa melonjak ke angka 10,96 persen karena pandemi Covid-19.

Sementara realisasi anggaran sektoral kementerian lembaga dan pemerintah daerah mencapai 82 persen atau Rp 55,68 triliun dari pagu Rp 67,86 triliun. Suahasil menuturkan, program padat karya kementerian-kementerian telah membantu 2,25 juta tenaga kerja.

Proyeksi Perekonomian ke Depan
Menuju tahun 2021, ada sejumlah titik terang yang memberikan harapan di tengah pandemi. Terpilihnya Joseph Biden sebagai Presiden Amerika Serikat membuka kemungkinan meredanya ketegangan dan perang dagang antara Amerika Serikat dengan Tiongkok. Hasil uji klinis beberapa vaksin untuk Covid-19 dengan tingkat efikasi di atas 90 persen juga memantik harapan bakal berangsur-angsur berakhirnya pandemi.

Mengikuti tren saat ini, menurut laporan Bank DBS yang bertajuk “Regional Market Focus: Regional Strategy”, pertumbuhan ekonomi Indonesia akan terus membaik. Permintaan domestik dan belanja pemerintah akan menjadi kunci bagi pemulihan ekonomi Indonesia.

Total belanja Pemerintah Indonesia dalam APBN 2021 sebesar Rp2.750 triliun atau 15,6 persen dari Produk Domestik Bruto dengan asumsi pertumbuhan ekonomi 5 persen. Defisit anggaran dalam APBN 2021 direncanakan 5,7 persen, sedikit lebih kecil dari defisit anggaran pada 2020 yakni 6,34 persen. Menurut Menteri Koordinator bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, anggaran untuk penanganan Covid-19 dan pemulihan ekonomi nasional pada 2021 dialokasikan sebesar Rp372,3 triliun.

Anggaran akan digunakan membiayai enam program utama yakni kesehatan dengan anggaran Rp 25,40 triliun, perlindungan sosial dengan anggaran Rp 110,2 triliun, sektoral kementerian dan lembaga serta senilai Rp 152,4 triliun, dukungan bagi Usaha Mikro, Kecil dan Menengah sebesar Rp 48,8 triliun, pembiayaan korporasi dengan anggaran Rp 14,9 triliun, dan insentif usaha dengan anggaran Rp 20,40 triliun.

“Dengan prospek pertumbuhan yang lebih baik pada 2021, kami percaya pemulihan siklis (cyclical recovery) dan pertumbuhan domestik akan menjadi tema utama tahun depan,” pernyataan tersebut tertulis dalam laporan yang terbit pada awal Desember lalu. DBS memperkirakan, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2021 sebesar 4 persen, lebih rendah dibanding proyeksi APBN 2021 dan Bank Indonesia (4,8-5,8%).-

Seiring berakhirnya ketidakpastian politik di Amerika Serikat dan ketersediaan vaksin Covid-19, aliran modal asing ke emerging market, termasuk Indonesia,yang melemah pada dua tahun terakhir diprediksi akan membaik pada tahun mendatang. Perkiraan ini juga dipicu stabilnya dolar AS dan rupiah Indonesia. Aliran modal asing ini akan berdampak besar bagi IHSG, khususnya pada saham-saham berkapitalisasi besar (the big cap stocks) seperti saham perbankan. “Kami percaya aliran modal asing ini akan mendorong kinerja IHSG lebih baik lagi pada 2021,” ekonom DBS memproyeksikan.