Simpelnya adalah kamu melakukan apa yang dituntut suatu pekerjaan dan nggak lebih. Emang boleh ya? Cari tahu lebih dalam yuk!-
Hayooo pasti kamu pengen punya pekerjaan yang sesuai passion, punya bos santai, pulang bisa tenggo, dan gajinya gede kan? Eitsss tapi kadang kenyataan nggak sesuai ekspektasi. Kadang masih ada aja dapet bos yang galak, porsi kerjaan yang banyak, sering diminta lembur, sampai gaji yang telat dibayar. Sebel nggak sih? Nah dari kondisi seperti itu yang bikin banyak pekerja ogah untuk kerja lebih keras dan akhirnya tercetuslah “Quiet Quitting”
Kenali Dulu Artinya!
Secara harfiah, Quiet Quitting artinya berhenti secara diam-diam. Istilah ini cukup baru di kalangan pekerjaan di mana pekerja nggak benar-benar resign atau berhenti bekerja dari kantor, tapi mereka diam-diam berhenti mencurahkan kemampuan ekstra dalam bekerja. Jadi kamu cuma bekerja secukupnya, cuma mengerjakan tugas sesuai jabatannya, dan menghabiskan waktu dengan keluarga sepulang kerja.
Melihat maknanya, jelas bahwa quiet quitting berlawanan dengan hustle culture yang mendorong pekerja untuk lembur atau bekerja di luar job description utamanya.
Apa Sih Penyebab Quiet Quitting?
#1 Gaji Nggak Sebanding dengan Beban Kerja
Salah satu hal terbesar pendorong Quiet Quitting adalah gaji mereka nggak sebanding dengan beban kerja yang wajib dipenuhi. Sementara itu atasan mereka selalu menuntut dan memberi porsi kerja secara banyak, namun nggak memberikan imbalan ataupun bonus yang sesuai.
#2 Kurang Apresiasi
Meski kamu udah menyelesaikan pekerjaan dengan sebaik mungkin, eh atasan kamu malah cuek bahkan cenderung nggak menghargai semua usaha kamu. Kondisi ini dapat merusak mental dan mengikis motivasi kamu serta memicu perubahan sikap dalam bekerja.
#3 Beban Kerja yang Berlebihan
Nggak sedikit pegawai bekerja di luar kontrak yang telah disepakati. Malah terkadang, kamu diminta melakukan tugas yang bukan pekerjaan kamu atau atasan kamu selalu menambah pekerjaan secara mendadak. Beban yang terlalu banyak ini lama-lama membuat kamu demotivasi dalam bekerja dan memilih kerja secukupnya.
#4 Menghabiskan Seluruh Waktu untuk Bekerja
Beban kerja yang banyak memaksa pekerja untuk lembur. Keseringan lembur inilah yang membuat kamu nggak punya waktu luang untuk bersosialisasi di luar jam kerja atau waktu untuk keluarga.
Quiet Quitting Ada Dampak Positif dan Negatifnya juga, lho!
Ternyata aksi quiet quitting punya dampak positif dan negatifnya juga. Apa aja ya?
- Dampak positifnya adalah work-life balance
Quiet quitting membuat pekerja punya waktu luang lebih banyak di luar pekerjaan dan terhindar dari kecemasan dan depresi. Sebab, seperti yang kita ketahui, pekerja workaholic memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami gangguan mental dan fisik.
Mereka yang menerapkan prinsip quite quitting, nggak akan terlalu larut dalam pekerjaannya, sehingga bisa terhindar dari stres dan burnout.
- Negatifnya, kamu rawan terkena PHK
Dengan menerapkan quiet quitting, tanpa kamu sadari bisa mengurangi produktivitas pekerjaan kamu. Apabila lingkungan kamu kurang mendukung terhadap permasalahan kamu dalam bekerja sehingga mengurangi produktivitas, kamu bisa terkena PHK atau dipecat.
Biar pekerjaan kamu tenang dan lancar, kelola sebaik-baiknya ya! Jika merasa pekerjaan kamu lagi berat-beratnya, coba ajukan cuti liburan untuk menenangkan diri. Ngomongin soal liburan, DBS Bank punya promo trip bareng Rodex. Kamu bisa hemat hingga Rp1.000.000 + Cicilan 0% hingga 6 Bulan. Yuk jadwalin liburan kamu dari sekarang! Klik di sini untuk cari tahu lebih lanjut!-