Setelah baca artikel ini, dijamin enggak bingung cara menjawabnya lagi.-
Mau selancar apa pun respons kita di sebuah wawancara kerja, tapi begitu ditanya soal ekspektasi gaji, pasti kita nggak bisa langsung menjawabnya, bahkan kadang jadi panik. Soalnya, kita enggak pingin memberikan nilai gaji yang terlalu tinggi atau yang terlalu rendah dan akhirnya tidak memperoleh gaji yang sesuai dengan job desc kita sehingga perlu berhati-hati menjawabnya.
Mengapa Hal Ini Ditanyakan?
Menurut career coach Joyel Crawford, alasan utama rekruiter menanyakan soal gaji di saat wawancara kerja adalah agar dapat mengetahui ekspektasi gaji dari kandidat pegawai apakah sesuai dengan anggaran yang dialokasikan untuk posisi pekerjaan tersebut atau tidak. Jadi, respons kita terhadap “Berapa gaji yang kamu inginkan?” bisa membuat nama kita tercoret dari daftar kandidat kuat. Tapi, alasannya tidak selalu merupakan hal yang buruk, lho. Mungkin banget itu karena perusahaan tidak punya budget untuk membayar gaji sesuai permintaan kita.
Wajar banget, kok, kalau kita ingin mendapatkan gaji yang sesuai, tapi bukan hal yang mudah untuk menyampaikannya. Begitu pula yang disampaikan oleh, Andres Lares dari Shapiro Negotiations Institute. Menurutnya, mendiskusikan gaji secara terus terang dengan seseorang yang kita harapkan bisa menjadi rekan kerja dan juga dengan bagian HRD (human resources department) memang bisa menegangkan atau menakutkan. Tenang, ada beberapa cara untuk mempersiapkan strategi untuk menjawabnya. Baca sampai habis, ya.
Baca Juga: 11 Pertanyaan Interview dan Trik Menjawabnya, Bikin Auto-Diterima
Strategi Menjawab Pertanyaan Soal Ekspektasi Gaji
Ada beberapa strategi untuk menjawab pertanyaan wawancara tentang ekspektasi gaji, berikut ini.
#1 Riset, riset, riset
Ini adalah hal dasar yang perlu kita lakukan sebelum wawancara pekerjaan. Penulis dan career coach Octavia Goredema, merekomendasikan untuk memeriksa data gaji dari industri yang kita minati. Caranya dengan mencari jabatan pekerjaan yang kamu inginkan berdasarkan nama, lokasi geografis, pengalaman, dan ‘jam terbang’ melalui website penyedia data gaji, seperti payscale.com dan id.jobplanet.com. Bisa juga mencari tahu dari circle pertemanan kita yang lebih berpengalaman dalam hal pekerjaan, saran dari Muse career coach Jennifer Fink, CEO dan pendiri Fink Development. Gunakan berbagai sumber untuk mendapatkan gambaran yang baik tentang standar gaji dari jenis pekerjaan tersebut. Pertimbangkan juga gaji kita saat ini sebagai titik awal. Terutama bila pengalaman dan keterampilan kita sudah jauh bertambah dibandingkan ketika melamar pekerjaan yang sekarang.
Selanjutnya, cari tahu juga berapa gaji yang kita butuhkan dan inginkan. Bisa dengan melihat kebutuhan/pengeluaran bulanan kita atau work goals lainnya. Misalnya, apakah ini pekerjaan pertama kita dan karena akan keluar dari rumah orang tua maka perlu ada biaya untuk tempat tinggal yang baru. Kalau sudah berkeluarga, pertimbangkan biaya anak (sekolah, daycare, dll). Atau, kalau lokasi kantornya jauh, maka biaya transportasi atau uang cicilan kendaraan juga perlu jadi bahan pertimbangan.
Joyel juga merekomendasikan untuk berpikir di luar gaji pokok, yaitu benefit dari perusahaan. Semisal, bonus tahunan, tunjangan makan dan transportasi, pemberian saham, medical benefit, dan sebagainya. Kalau ternyata gajinya belum sesuai standarmu, tapi benefitnya oke banget, bisa jadi nilai plus untuk menerima pekerjaan ini.
#2 Berikan kisaran gaji
Bila merasa tidak nyaman menyebutkan nominal gaji yang diminta, kita bisa memilih untuk menawarkan kisarannya saja. Perlu diingat, rekruiter dapat memilih kisaran kita yang paling rendah, jadi pastikan jarak antara angka terbesar dengan terkecil itu cukup dekat. Contoh: “Kisaran gaji saya antara Rp6.000.000 sampai Rp7.000.000 per bulan.” Ini akan memungkinkan kita untuk fleksibel sambil tetap memberikan angka yang jelas kepada rekruiter. Buatlah rentang berdasarkan riset atau pengalaman kita sendiri di industri.
Andres Lares, menyarankan, rentang kisaran gaji sebaiknya disesuaikan pada seberapa besar kita menginginkan pekerjaan itu, seberapa penting nominal gaji itu untuk kita, dan seberapa besar peluang yang kita miliki pada saat itu dalam proses perekrutan. Bila kita Anda menargetkan gaji 10 juta dan masih mencari tahu apakah kita menyukai pekerjaan itu atau tidak, kita dapat memberikan kisaran Rp9.500.000 hingga Rp12.000.000. Kalau kita benar-benar menginginkan pekerjaan itu dan kita yakin bisa menegosiasikan benefit lainnya sehingga bisa fleksibel dalam hal gaji pokok, kita bisa dapat memperkecil kisaran menjadi Rp9.500.000 hingga Rp10.500.000.
Untuk pekerja perempuan, saat membicarakan soal gaji di wawancara kerja, kita bisa sembari mencari tahu bagaimana kultur perusahaan terkait kesetaraan gender. Apakah ada perbedaan gaji pada posisi yang sama antara pekerja laki-laki dengan pekerja perempuan? Bila ada, tentu ini juga bisa menjadi pertimbangan cocok atau tidaknya kita bekerja di perusahaan tersebut.
#3 Menanyakannya kembali ke HRD
Para pakar karier ada pula yang merekomendasikan untuk tidak menyebutkan ekspektasi gaji terlebih dahulu. Sebagai gantinya, kita bisa menjawab pertanyaan dengan menanyakannya kembali ke HRD, kata Andres. Tentu dengan cara yang sopan, baik, dan demi memenuhi rasa ingin tahu. Semisal dengan berkata, “Mengingat Bapak/Ibu adalah manajer HRD dan ahli dalam bidang ini, bolehkah Bapak/Ibu memberikan informasi berapa nominal gaji yang cocok dengan keterampilan serta pengalaman saya?”
Kita juga bisa bertanya, berapa gaji yang ditawarkan oleh perusahaan. Setelah pewawancara menjawab pertanyaan kita, dengan memberikan angka atau rentang sesuai dengan apa yang diharapkan atau lebih tinggi, ini adalah hal bagus. Kita bisa memberi respons yang memberikan tanda bahwa itu angka yang cocok dengan kita. Tetapi, kalau angkanya lebih rendah dari yang ekspektasi kita, berarti perlu melakukan strategi di poin 4, di bawah ini, nih.
#4 Negosiasi
Yup, kita bisa nego kalau gaji yang ditawarkan lebih rendah dari ekspektasi kita. Pertama, sampaikan bahwa itu di bawah gaji yang kita harapkan beserta alasan mengapa kita perlu mendapatkan lebih dari itu. Bisa dengan menjabarkan load pekerjaannya, plus menambahkan pengalaman dan keterampilan yang kita miliki, serta apa pun yang bisa membuat negosiasi kita bisa meyakinkan rekruiter untuk mengabulkan keinginan kita. Yang terpenting, jangan memberikan respons negatif. Bahkan jika jumlah yang ditawarkan terlalu rendah, tanggapi dengan anggun dan tanyakan apakah ada ruang untuk bernegosiasi.
Kalau gaji pokoknya memang di bawah ekspektasi kita, tapi kita menyukai kultur perusahaan dan peran tersebut, kita bisa tanyakan benefit lain atau bentuk kompensasi lainnya di luar gaji pokok. Siapa tahu benefit-nya menarik, kan. Misalnya, mendapatkan peralatan bekerja tercanggih yang bisa jadi milik kita setelah sekian bulan bekerja, ada bonus di setiap pencapaian target, tunjangan sekolah anak, dan lain-lain.
Nah, misalnya kamu belum punya jawaban yang meyakinkan, boleh banget menunda menjawab pertanyaan tentang ekspektasi gaji. Mintalah waktu untuk menjawab pertanyaan itu. Kita bisa mengatakan bahwa gaji memang penting, tetapi kita lebih suka membagikan ekspektasi gaji kita nanti setelah mengetahui lebih banyak tentang pekerjaan (jam kerja, target bekerja, dll), perusahaan, dan seluruh benefit atau kompensasi yang diberikan.
Jangan lupa, kalau sudah diterima bekerja dengan gaji yang sesuai dengan keinginan kita dan ternyata masih ada uang lebih setelah selesai memenuhi berbagai kebutuhan kita, langsung aja diinvestasikan, Guys. Investasi itu penting di masa yang penuh ketidakpastian seperti saat ini. Karenanya, investasi sejak dini, yuk. Produk investasi yang aman dan menguntungkan tersedia di digibank by DBS. Buruan cek detailnya di sini.-