Masalah sosial bukan cuma bisa ditangani pemerintah. Kita juga bisa, Bestie. -
Begitu pula yang diyakini oleh Sharad Vivek Sagar, pebisnis sosial asal India. Pemuda yang masuk daftar 30 tokoh berpengaruh berusia di bawah 30 tahun versi Forbes (2018) berkat kiprahnya di bidang kewirausahaan sosial atau social entrepreneurship ini percaya, kalau isu-isu sosial bisa ditangani tanpa harus menunggu bantuan pemerintah.
Keyakinannya itu dibuktikan dengan mendirikan Dexterity Global ketika berumur 16 tahun. Bisnis sosialnya itu dibangun demi mengatasi masalah pendidikan di India, dan sekarang berhasil membantu jutaan anak di India dan negara-negara Asia Selatan lainnya untuk mendapatkan akses pendidikan. Kalau Sharad bisa, kita juga mampu menjadi pembuat perubahan, dong.
Kewirausahaan Sosial di Indonesia
Bisnis sosial sendiri adalah sebuah usaha yang bertujuan menyelesaikan isu/masalah sosial atau lingkungan. Menjadi pebisnis sosial berarti memulai bisnis demi kebaikan sosial yang lebih besar dan bukan hanya mengejar keuntungan/laba. Bentuk bisnisnya bisa berupa produk ramah lingkungan, melayani komunitas yang kurang terlayani, atau fokus pada kegiatan filantropi. Kita patut bangga, nih. Di Indonesia, saat ini sudah semakin banyak pebisnis sosial.
Taufan Teguh Akbari, pengamat dan praktisi kepemudaan serta komunitas, mengungkapkan pada tulisannya di Kompas.com, bahwa sejak 10 tahun terakhir gerakan masyarakat sipil berbasis komunitas (community-based organization) di Indonesia jumlahnya semakin meningkat. Sebagian besar digagas oleh penduduk berusia produktif atau generasi milenial yang bergerak di isu permasalahan lintas bidang seperti lingkungan, kesehatan, pendidikan, pemberdayaan sosial – ekonomi, budaya, kesetaraan gender, dan masih banyak lagi.
Pada kesempatan lain, Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Esther Sri Astuti, mengatakan pada Kompas.id, di masa pandemi, di tengah krisis kesehatan dan resesi ekonomi yang memperparah ketimpangan sosial, tren kewirausahaan sosial (social entrepreneurship) semakin menjamur. Ini artinya, sekarang sudah semakin banyak pebisnis sosial di tanah air. Beberapa di antaranya adalah Astrid Paramita, Angkie Yudistia, dan Soraya Cassandra. Bisnis mereka luar biasa keren, lho!
Baca Juga: Merawat Alam, Menyederhanakan Hidup, Bersama Soraya Cassandra
Cara Memulai Usaha Sosial
Kalau kamu punya ide yang menurutmu bisa membuat dunia menjadi tempat yang lebih baik, dan bahkan bisa menghasilkan uang, mari mulai membangunnya. Tapi, bagaimana mengubah ide itu menjadi bisnis nyata? Apalagi memulai usaha baru tidaklah mudah. Jangan patah semangat, simak 5 langkah membangun bisnis sosial berikut ini, yuk.
#1 Kenali masalah dan cari solusinya
Langkah pertama ini disarankan oleh C.J. Hayden, pelatih kewirausahaan sosial yang berbasis di San Francisco dan anggota dewan pendiri San Francisco Bay Area Chapter dari Social Enterprise Alliance. Sebagai seorang pebisnis, kita perlu meyakinkan orang lain untuk percaya pada kita dan bisnis kita. Inilah mengapa kita perlu mengenali masalahnya sedalam mungkin. Apalagi kalau kita butuh dana, tentu kita perlu menjelaskannya pada penyandang dana/investor. “Mulailah dengan memutuskan secara tepat siapa yang ingin kamu layani, dan bagaimana kamu ingin melayani mereka,” ucapnya.
Lalu, cari solusi dari masalah yang ingin kita tangani melalui layanan atau produk bisnis kita. Agar bisa memperjelas gagasan solusinya, C.J. menyarankan untuk memikirkan tentang bakat alami kita, kompetensi utama yang kita miliki, keterampilan dan pelatihan profesional kita, serta akses ke sumber daya yang membutuhkan bantuan kita. Ini semua dapat dimulai dengan mengajukan pertanyaan sederhana kepada diri kita sendiri seperti:
- Apa yang akan aku lakukan?
- Bagaimana aku akan melakukannya?
- Untuk siapa aku melakukannya?
- Value apa yang akan aku berikan?
Jawaban atas pertanyaan-pertanyaan itu akan membantu kita dalam menjalani langkah pertama ini.
#2 Lakukan riset
Sekalipun kita punya pengalaman pribadi dengan masalah sosial yang ingin kita selesaikan, tidak berarti itu membuat kita menjadi ahli. Untuk membangun sebuah bisnis, kita wajib benar-benar memahami segala hal yang berkaitan dengan usaha kita. Jadi, luangkan waktu untuk melakukan riset. Beberapa hal yang perlu kita teliti lebih dalam adalah:
- Siapa target pasarnya?
- Bagaimana regulasi tentang badan hukum bisnis sosial di Indonesia?
- Apa keunggulan/keunikan dari bisnis kita?
- Siapa yang dapat menjadi mentor kita?
- Apa saja yang ingin kita berikan kepada konsumen?
- Siapa kompetitor kita dan seperti apa persaingannya?
- Apakah ada jenis usaha ini di negara lain? Siapa inovatornya?
Bila pebisnis sosial di luar sana sudah melakukan apa yang ingin kita lakukan, gunakan itu sebagai inspirasi dan ‘bahan bakar’ untuk menghasilkan produk/jasa dengan goal ala kita sendiri. Dengan riset, kita tidak hanya menemukan kompetitor atau inspirator, tapi mungkin banget akan mendapatkan kolaborator.
#3 Buat rencana bisnis
Setelah hasil riset terkumpul, waktunya mengubah data tersebut menjadi rencana bisnis atau business plan. Untuk pebisnis pemula, business plan perlu sekali untuk meyakinkan dan menjadi pertimbangan utama para investor yang akan menanamkan modalnya. Dikutip dari Investopedia, business plan merupakan dokumen tertulis yang menjelaskan secara detail apa tujuan bisnis dan bagaimana cara mencapai tujuannya. Isinya informasi lengkap tentang strategi pemasaran, keuangan, dan operasional, seperti di bawah ini.
- Menjelaskan produk atau layanan bisnis dengan lengkap
- Mendefinisikan dengan jelas tujuan sosial
- Rencana untuk mencapai tujuan bisnis dan juga tujuan sosial
- Rencana dalam mengukur kesuksesan – baik dari sisi bisnis maupun sosial
- Target market bisnis dan rencana untuk menjangkau mereka
- Marketing channel yang akan digunakan
- Perencanaan dalam pengembangan produk atau pengiriman layanan
- Model bisnis atau struktur hukum
- Rencana operasional bisnis
- Rencana keuangan, seperti biaya awal, proyeksi pendapatan, pengeluaran, dan arus kas.
- Skill dan staf yang dibutuhkan.
Saat membuat rencana bisnis, ini juga waktu yang tepat di mana kita memutuskan sumber pendanaan bisnis. C.J mengatakan, “Cari tahu dari mana kamu mendapatkan modal awal. Di mana kamu akan mendapatkan dana untuk memulai dan apa yang diperlukan untuk mendapatkannya? Apakah kamu akan mencari pinjaman modal bisnis atau mampu membiayai sendiri? Apa kamu akan mencari teman dan keluarga untuk pinjaman atau coba mencari ‘angel investor’?”
#4 Pekerjakan orang yang tepat
Jika kita mendirikan perusahaan start-up, kita perlu menjalankannya dengan orang-orang yang memiliki pola pikir seperti seorang wirausaha. Apalagi bekerja untuk bisnis dengan misi sosial mungkin akan memerlukan lebih banyak komitmen, dan setiap calon karyawan perlu memahami itu. Apakah itu fleksibilitas, jam kerja yang lebih lama, atau perubahan gaya hidup. Idealnya, calon pegawai kita memiliki minat dan kepedulian yang sama tentang masalah sosial yang ingin kita tangani. Pakar bisnis sosial, Sasha Chanoff, mengatakan, mempekerjakan karyawan yang tepat pada tahap awal selalu memberikan dampak yang bagus pada bisnis.
#5 Eksis di media
Sasha Chanoff, pendiri dan direktur eksekutif RefugePoint (organisasi nirlaba yang yang telah membantu lebih dari 54.000 pengungsi untuk memiliki tempat tinggal), menyarankan pebisnis sosial untuk eksis di media. RefugePoint mendapat manfaat dari publisitas ini sejak awal, yaitu memberi informasi kepada publik bahwa meskipun mereka adalah ‘orang baru’ di sektor ini, mereka serius dengan pekerjaannya. Lalu, bagaimana RefugePoint bisa eksis di media, bahkan jadi berita utama? Sasha menjawab, dengan memperluas koneksi, melontarkan ide artikel, dan memanfaatkan koneksi media yang ia miliki sebelum memulai RefugePoint.
Butuh support lebih untuk membangun usaha sosialmu? Pas banget, nih, DBS punya program menarik yang bisa membantu para pebisnis sosial newbie untuk mulai bergerak, yaitu Social Enterprise Grant Programme. Ini kesempatan emas bagi pebisnis sosial asal Singapura, Indonesia, India, Hong Kong, Taiwan, serta China, yang ingin membangun atau mengembangkan bisnisnya, dan akan mendapatkan dana hibah hingga SGD250.000. Baca informasi lengkapnya di sini.-