Sebelum berkeluarga, baca dulu apa kata pakar tentang kesalahan finansial yang sering dilakukan orang tua baru ini, supaya nanti tak begini.-
Melihat konten media sosial yang menampilkan indahnya hidup berkeluarga mungkin bikin kita jadi kepingin buru-buru menikah, terus punya anak. Padahal kita paham benar kalau jadi orang tua itu tidak mudah. Apalagi di masa yang penuh dengan ketidakpastian ini, ujiannya jadi bertubi-tubi. Itulah mengapa perencanaan di awal itu penting banget untuk menentukan arah kehidupan keluarga di masa depan, terutama perencanaan keuangan.
Menurut Andrea Woroch, pakar keuangan keluarga yang terkemuka di Amerika Serikat, menjadi orang tua adalah masa dalam hidup yang menyenangkan bagi pasangan, tetapi juga stres karena malam-malam kurang tidur dan biaya tak berujung yang harus dikeluarkan untuk merawat anak. Faktanya, laporan dari The Wall Street Journal, jika kita memiliki anak pada tahun 2013, biaya yang perlu dikeluarkan untuk anak hingga ia berusia 18 tahun adalah $245.350 atau setara dengan 3,3 miliar rupiah. Laporan tentang besaran biaya yang perlu dikeluarkan pasangan untuk memiliki anak hingga usia 18 tahun ini dilakukan di Amerika Serikat.
Baca Juga: 9 Kebiasaan Baik Tentang Uang Yang Dapat Kita Asah
Sudah, sudah, cukup kaget-kagetnya melihat biaya mengasuh anak hingga ia berusia 18 tahun itu. Sekarang, mari kita cari tahu apa saja kesalahan finansial terbesar yang dilakukan oleh orang tua baru dari para pakar keuangan. Daaan, bagaimana menghindarinya sebelum nasi berubah menjadi bubur.
1. Terlalu banyak berbelanja kebutuhan bayi
Perencana keuangan yang berbasis di Louisiana dan ayah dari empat anak, Alajahwon Ridgeway, mencatat bahwa calon orang tua mengeluarkan uang banyak sebelum bayi mereka lahir. Mulai dari menyiapkan kebutuhan dasar untuk ibu hamil, tempat tidur bayi, car seat, popok, buku, mainan, pakaian, dan tak berujung sampai kita tidak tahu harus berhenti di mana. Biasanya, yang dibeli pun hanya karena 'lapar mata' atau kalap melihat barang diskonan di toko perlengkapan bayi terkenal. "Semua penghangat botol, sepatu bayi baru lahir, dan tas bayi jarang digunakan," kata Alajahwon.
Cara menghindarinya: Alajahwon menyarankan, buatlah daftar hal-hal yang dibutuhkan dengan bertanya kepada anggota keluarga atau teman yang dapat dipercaya. Lebih baik bereaksi terhadap kebutuhan saat kebutuhan itu muncul daripada mencoba memprediksinya. “Ketika bayinya lahir, maka belilah barang-barang tambahan sesuai kebutuhan. Saya tahu changing table terlihat bagus, tetapi ketika Anda berada di ruangan lain dan Anda hanya tidur tiga jam, handuk di sofa akan baik-baik saja," beber Alajahwon.
2. Hidup tanpa safety net
Apakah kita punya cukup uang untuk membayar tagihan dan menutupi biaya hidup keluarga jika kita atau pasangan kita kehilangan pekerjaan? Jika tidak, segeralah membuka rekening tabungan dan mentransfer minimal $25 (sekitar 350 ribu rupiah) setiap dapat gaji, dan lebih jika mungkin, dengan sistem auto-debet, saran Jane Nowak, perencana keuangan bersertifikat di Southbridge Advisors di Marietta, Georgia.
Cara menghindarinya: Jane merekomendasikan membangun 'jaring pengaman' untuk membiayai hidu setidaknya tiga bulan, dan enam bulan atau lebih, jika hanya satu orang tua yang bekerja. Safety net tersebut akan sangat berguna ketika kita kehilangan pekerjaan atau bantuan jika kita mendadak perlu memperbaiki rumah dan biaya yang tidak terduga lainnya.
3. Upgrade rumah atau mobil
Merenovasi rumah supaya lebih luas dan membeli mobil yang lebih besar untuk mengakomodasi kebutuhan bayi tampaknya sangat masuk akal. Tapi, itu menambah beban keuangan yang tidak perlu-perlu amat, dan pastinya akan bikin kita stres. “Kenyataannya, bayi tidak membutuhkan banyak ruang,” kata Andrea Woroch.
Cara menghindarinya: Menurut Andrea, karena ada banyak pengeluaran baru yang datang bersamaan dengan kehadiran bayi, seperti popok, pakaian, biaya imunisasi, dan perawatan kesehatan tak terduga, yang terbaik adalah menyesuaikan diri dengan kehidupan baru kita terlebih dahulu dan menyesuaikan dengan anggaran baru sebelum membuat pengeluaran besar dalam rumah tangga.
4. Menunda persiapan dana pendidikan
Seperti yang kita tahu, biaya pendidikan terus meningkat setiap tahun. Apalagi sekarang begitu banyak pilihan jenis sekolah yang tersedia, misalnya sekolah karakter, sekolah alam, atau sekolah yang fokus pada pendidikan agama. Pilihannya bukan hanya sekolah negeri atau sekolah swasta lagi. Rasanya kebanyakan orang tua milenial sepakat kalau pendidikan yang baik adalah yang membekali anaknya dengan keterampilan sesuai bakat serta minatnya, dan mempersiapkannya untuk menghadapi tantangan hidup. Namun, untuk memastikan anak mendapatkan pendidikan terbaik tentu perlu mengeluarkan biaya yang tidak sedikit. Sayangnya, kebanyakan orang tua menunda persiapan dana pendidikan hingga tau-tau anaknya sudah siap masuk SD. Telat, deh.
Cara menghindarinya: Para pakar keuangan menyarankan kepada orang tua, sebelum membuat rencana, orang tua harus mempertimbangkan tingkat pendidikan tinggi apa yang diharapkan akan dicapai oleh anak-anaknya, seperti diploma, gelar sarjana atau magister; apakah sebuah lembaga pendidikan negeri atau swasta di universitas lokal atau di luar negeri. Langkah yang tidak kalah penting adalah memperoleh informasi tentang biaya sekolah hari ini dan mengidentifikasi kenaikan tahunannya. Cobalah untuk mempertimbangkan jumlah dana pendidikan yang dialokasikan dan lamanya waktu untuk berinvestasi. Keduanya merupakan faktor kunci untuk bisa memenuhi goal orang tua.
5. Tidak segera menabung
Biaya beli popok, peralatan bayi, belanja mainan edukatif, ikut kelas bayi, bayar gaji pengasuh, dan banyak lagi pengeluaran di masa awal menjadi orang tua yang membuatnya sulit menyisihkan uang untuk ditabung. Tetapi seperti yang dikatakan perencana keuangan Michigan dan ayah dari empat anak, Paul Fenner, orang tua yang tidak menemukan cara untuk mulai menabung lebih awal pasti akan menyesalinya. “Penyesalan nomor satu yang saya dengar dari orang tua adalah bahwa mereka tidak mulai menabung lebih awal dalam hidup mereka,” katanya. “Entah itu menabung untuk pensiun atau kuliah, mereka menyesali atau menebak-nebak keputusan untuk tidak memulai perencanaan lebih awal.”
Cara menghindarinya: Waktu terbaik untuk mulai membuat uang kita 'tumbuh' menjadi banyak adalah 10 tahun yang lalu, kata Paul. Waktu terbaik kedua adalah hari ini. Jadi, mulailah menyisihkan uang tunai dan menabungnya. Sekarang juga.
Supaya semangat untuk menabung tak luntur karena keribetan mengurus administrasi untuk buka tabungan, pilih deh bank yang anti-ribet, seperti Tabungan Maxi digibank by DBS. Produk terbaru dari digibank ini memberikan kita kemudahan untuk memiliki tabungan dengan bunga hingga 3% p.a dan bisa diambil kapan saja tanpa terikat jangka waktu. Simak penjelasan lengkapnya di sini.-