Jangan ditunda lagi. Semakin cepat dilakukan, maka makin banyak punya cuan. -
Kata siapa memperbaiki dan meningkatkan kondisi finansial harus punya pekerjaan yang gajinya lebih banyak dari sekarang atau dapat rezeki nomplok? Caranya cuma perlu mengelola pengeluaran dan pendapatan kita aja, kok. Pengelolaan uang yang baik adalah koentji, terutama untuk mengurangi pengeluaran yang tak perlu, meningkatkan kemampuan kita dalam berinvestasi dan menabung, plus mencapai financial goal yang dulunya tampak mustahil buat kita.
Bahkan jika kamu merasa kehidupan finansialmu lagi terjebak di tempat yang buruk tanpa jalan keluar, tetap ada jalan keluarnya. Ada beberapa hal yang bisa kita lakukan untuk menciptakan situasi dan kondisi keuangan yang lebih baik. Bagaimana caranya? Prita Hapsari Ghozie, SE (Akt.), MComm., GcertFP, siap membagikan triknya. Financial consultant dengan pengalaman lebih dari 10 tahun ini memiliki gelar sarjana di bidang akuntansi dan perencanaan keuangan. Tunggu apalagi, yuk kita contek empat trik mengatur uang ala Principal Consultant di ZAPFinance ini.
Baca Juga: Supaya Tak Tertipu, Kenali Ciri-ciri Investasi Bodong
1. Membuat catatan pengeluaran
Catatan pengeluaran adalah salah satu hal yang akan membantu kita mengevaluasi apakah cara kita dalam mengelola penghasilan selama ini sudah baik atau belum. “Dengan membuat catatan pengeluaran, kita bisa memahami penghasilan kita habis untuk pos-pos mana saja. Nah, catatan ini akan membantu kita untuk memilah (pos) mana yang membuat keuangan kita berantakan. Pilihannya bisa berhemat atau menambah penghasilan,” jelas Prita pada akun Youtube ZAPFinanceTV. Selain itu, dengan membuat catatan pengeluaran akan dapat membantu kita dalam membuat perencanaan keuangan yang lebih baik lagi.
Ada dua teknik untuk membuat catatan pengeluaran, yaitu:
- Teknik konvensional. Caranya seperti mengumpulkan struk belanja, struk ATM, karcis parkir, dan bukti pembayaran lainnya. Dari semua data-data itu, kita bisa melakukan pencatatan secara manual di buku catatan atau jurnal. Teknik ini cocok untuk kamu yang suka pegang cash atau sering tarik tunai di ATM, dan jarang melakukan transaksi cashless.
- Catatan secara elektronik. Cara ini memungkinkan kita untuk menggunakan aplikasi-aplikasi keuangan yang tersedia di smartphone. “Atau bisa juga pakai cara yang suka, yaitu menggunakan Excel Base. Kita download mutasi transaksi pemasukan dan pengeluaran tiap bulan dari dompet digital, kartu debit, dan kartu kredit, lalu link ke Excel dan akhirnya bisa dipilah-pilah,” ungkap Prita.
2. Punya dana darurat
“Dana darurat itu penting, terlepas kita statusnya belum menikah atau bahkan jomblo. Apalagi buat para GenZ yang jadi tulang punggung keluarga, wah, penting banget!” tulis Prita pada akun Instagram-nya @pritaghozie. Terutama di masa yang penuh ketidakpastian ini, Guys. Soalnya, dana darurat dapat melindungi kita kalau terjadi ‘pukulan’ finansial yang nggak terduga, dan tentu saja bisa membantu mencegah kita berutang.
Dana darurat berguna banget ketika kita tiba-tiba kena PHK (pemutusan hubungan kerja), sakit berat, perbaikan mobil besar-besaran atau renovasi rumah. Begitu pun bagi kamu yang berprofesi sebagai freelancer, penting banget menyisihkan uang untuk dana darurat. Para ahli menyarankan memiliki dana darurat setidaknya sebesar 3-6 bulan biaya hidup kita. Prita sendiri menyarankan, jumlah dana darurat sebesar tiga kali pengeluaran rutin bulanan. Simpanlah dana darurat ini di rekening terpisah dari rekening yang bisa digunakan untuk menerima gaji.
3. Membagi gaji ke beberapa pos alokasi
Yang sering merasa gajinya cuma numpang lewat, wajib banget mempraktikkan trik dari Prita ini. Apa iya karena kita boros? Atau, karena memang belum bisa mengatur penghasilan kita? Nah, membagi gaji ke pos-pos alokasi bulanan adalah solusinya. Ada beberapa pos yang disarankan Prita, seperti di bawah ini.
#1 Pos Zakat atau donasi
Untuk pos ini, Prita menyarankan untuk mengalokasikan sekitar 5% dari penghasilan bulanan. Kalau gaji kamu adalah Rp10 juta, maka setiap bulannya bisa menyisihkan uang untuk beramal sebesar Rp500 ribu.
#2 Pos proteksi dan asuransi
Ini adalah pos untuk asuransi jiwa atau alokasi dana ketika kita mengalami musibah dan pengeluaran-pengeluaran tak terduga, misalnya buat angpaw/kado pernikahan. Nilainya sebesar 10% dari penghasilan. Pos ini bisa dibagi dua lagi, yaitu pos proteksi dan asuransi. Komposisinya bisa setengah-setengah, atau disesuaikan dengan kebutuhan kita. “Kalau misalnya dana kita terbatas, kita bisa gunakan BPJS Kesehatan sebagai proteksi untuk kesehatan sehingga sisa dananya bisa dipakai untuk premi asuransi jiwa,” saran Prita melalui Youtube ZAPFinanceTV.
#3 Pos biaya hidup
Pos ini tentunya untuk memenuhi biaya hidup kita per bulan. Besarnya antara 50-60% dari penghasilan bulanan kita. Kalau misalnya gaji kita Rp10 juta, dan pos biaya hidup sebesar 60% berarti 6 juta, sebisa mungkin biaya cicilan yang masuk ke biaya bulanan tidak lebih dari 3 juta.
#4 Pos menabung
Tabungannya bisa untuk apa saja di masa datang. Pos ini bisa disebut future spending, contohnya sesuatu yang kita inginkan dalam jumlah besar di masa depan, seperti biaya pendidikan anak, untuk liburan atau membeli gadget idaman. Boleh saja, tapi dengan cara menabung. Nilainya sebesar 5% dari penghasilan kita.
#5 Pos playing atau hiburan
Bagaimanapun juga kita butuh refreshing. Caranya bisa macam-macam, misalnya untuk makan di luar saat weekend bersama teman/keluarga, membeli barang kesukaan, melakukan hobi, dan lainnya. Tapi, pastikan tidak berlebihan, jumlah totalnya sebaiknya hanya 10% dari penghasilan.
4. Investasi
Pada pritaghozie.com, Prita menjelaskan, kalau investasi adalah penundaan konsumsi hari ini untuk mengharapkan terjadinya kenaikan kekayaan dalam jangka panjang dan konsumsi di masa depan. Ini, nih, yang bisa bikin kita makin cuan. Dalam investasi, menurut Prita, penting banget buat punya tujuan keuangan kita dan juga sesuai dengan kepribadian kita. Pastikan kita punya tujuan yang pasti.
“Perencanaan investasi yang baik seharusnya didasarkan oleh tujuan keuangan. Tetapkan dulu apa tujuan yang dimiliki untuk 1 tahun, 5 tahun, atau bahkan lebih dari 10 tahun mendatang, barulah mencari aset investasi yang sesuai untuk membantu meraih impian yang diinginkan,” tulis Prita pada website-nya.
Ketika kita berinvestasi, kita mesti paham kalau kepastian hasil dari dana yang kita kumpulkan tidak bisa dipastikan dan dijanjikan. Ada faktor risiko bahwa hasil investasi tidak sesuai harapan, bahkan bisa jadi modal awal tidak kembali seluruhnya. Karenanya, sebelum investasi, kita harus paham kalau semua investasi pasti mengandung risiko. Misalnya, investasi untuk membayar dana pendidikan di universitas untuk anak yang masih berusia 10 tahun, atau investasi untuk masa pensiun Anda yang saat ini masih berusia 35 tahun.
Soal profil risiko inilah yang perlu disesuaikan dengan karakter masing-masing. Tiap orang berbeda-beda dalam hal toleransi terhadap risiko. Contohnya, kamu yang menghindari risiko, akan cocok dengan investasi yang risikonya rendah seperti reksadana pasar uang. Nah, kalau kamu yang berani mengambil risiko besar, coba saja investasi dengan reksadana saham.
Yang lebih penting lagi, jangan asal investasi, ya. Pilihlah yang pasti aman dan bukan investasi bodong. Kalau butuh rekomendasi, coba berinvestasi di digibank by DBS, yuk. Ada berbagai produk investasi yang menarik, mudah, dan diam-diam uang kita bertambah! Cari tahu pilihan dan informasi lengkapnya di sini. Kalau investasi kita sudah berjalan, Prita menyarankan untuk mengcek berkala kinerja dari tiap investasi, misal sebulan atau tiga bulan sekali.-