Sejak tahun 2020, kita berada di situasi yang penuh ketidakpastian yang sangat berpengaruh terhadap kesehatan mental.
Sudah enam bulan belakangan Anisa merasa ada sesuatu yang berubah dalam dirinya. Dia sering lupa meletakkan barang. Piring kotor kerap menumpuk di dapur. Rasanya susah sekali bangkit dari tempat tidur untuk bekerja. Saat sedang berada di depan komuter, Anisa tiba-tiba ‘tersesat’ memandang keluar jendela. Meski hanya rebahan di akhir pekan, Anisa tetap merasa kelelahan saat sadar Senin sudah di depan mata.-
Kondisi sering merasa lelah, menjadi pelupa dan sulit berkonsentrasi ternyata banyak dialami orang. Kondisi ini bukan karena kita pemalas atau semata lagi demotivasi. Para pakar kesehatan mental menyebutnya sebagai brain fog atau kabut otak. Dr. Sanam Hafeez, ahli syaraf yang berbasis di New York mengatakan, “Kabut otak adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan situasi saat seseorang menjadi pelupa, susah fokus, dan kebingungan.” Kabut otak bukan merupakan kondisi medis. Tapi merupakan efek samping atas sesuatu hal yang terjadi.
Seperti yang kita tahu, pandemi yang menyerang dunia sejak tahun 2020 menimbulkan kecemasan dan ketakutan pada ratusan juta orang. Dr. Kali Cyrus, psikiater di Johns Hopkins University dan banyak pakar lain menyatakan bahwa pandemi memicu brain fog pada banyak orang. Bahkan para pakar kesehatan mental pun merasakannya. Seperti Dr Cyrus yang suka mencuri waktu tidur siang di sela waktu kerja karena kerap merasa letih.
Gejala depresi seperti kurang percaya diri, lelah tidak bertenaga dan kehilangan minat merupakan tanda-tanda umum yang dialami oleh para responden dalam survei yang dilakukan Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia (PDSKJI) tahun 2020 lalu. Survei ini mengungkap bahwa sebanyak 64,3 persen dari 1.522 orang responden memiliki masalah psikologis cemas atau depresi terkait dampak dari pandemi COVID-19. Psikiater dari PDSKJI dr Lahargo Kembaren, Sp.KJ mengatakan gejala depresi itu dirasakan oleh para responden pada separuh waktu dan hampir sepanjang hari dalam dua minggu terakhir.
Jutaan orang jatuh sakit, kehilangan orang yang disayang dan atau kehilangan pendapatan. Kalaupun kita tidak mengalami ketiga hal tadi, bayangan bahwa virus membahayakan berkeliaran di luar sana pasti mempengaruhi situasi mental.
Oke, sekarang setelah agak tenang karena tahu bahwa banyak orang di dunia merasakan kabut otak, bagaimana mengatasinya?
- Lakukan teknik pernapasan diafragma
Ketika kita mulai overthinking, berhenti sejenak. Pejamkan mata. Tarik napas perlahan sambil mengembungkan perut, buang napas dan rasakan perut mengempes. Ulangi selama beberapa kali sampai kita bisa merasakan ritme napas. Teknik pernapasan ini merupakan cara sederhana untuk meringankan rasa stres. - Gratitude Journal
Banyak hasil riset membuktikan bahwa menuliskan jurnal berisi hal-hal yang kita syukuri akan membantu jiwa lebih tenang. Meskipun keadaan sekitar penuh ketidakpastian, kita tetap menyadari bahwa setiap hari selalu ada hal-hal di sekitar yang membuat hati senang. - Yoga dan meditasi
Aktivitas semacam yoga dan meditasi merupakan latihan bagi fisik dan pikiran kita lebih mindful. Dr. Leela Magavi, psikiater dan regional medical director dari Community Pscyhatry berkata, “Meditasi membuat seseorang dengan kabut otak mendapatkan pencerahan, kasih sayang pada diri sendiri dan mengalami pelepasan emosi melalui mindfulness dan teknik bernapas. - Terkoneksi dengan orang lain
Meskipun pergaulan lagi terbatas, usahakan secara reguler ngobrol dengan orang-orang tersayang, seperti keluarga dan sahabat. Kita juga bisa join komunitas baru, seperti memasak, berkebun atau komunitas lingkungan daur ulang sampah. Kalau kita merasa brain fog sudah sangat mengganggu, bisa hubungi psikolog atau psikiater untuk mendapatkan bantuan lebih lanjut. It’s okay not to be okay. - Rehat sejenak
Kalau sudah letih berada di rumah, kita bisa mencoba staycation dalam kota. Menginap di sebuah hotel dengan fasilitas yang nyaman, seperti kolam renang yang besar dan kamar yang bersih, bisa membantu pikiran lebih jernih. Mumpung lagi ada promo hemat sampai Rp 1.100.000 bila memesan hotel melalui Agoda, Pegipegi, Tiket.com dan Klook, nih. Gunakan kartu kredit digibank untuk mendapatkan promo ini. Cek di sini untuk info lebih lanjut.
Buat kebanyakan dari kita, kabut otak akan perlahan menghilang ketika mulai ada titik kenormalam dalam hidup. Seperti, saat mendapatkan akses vaksin sehingga lebih tenang menghadapi pandemi. Ini karena banyak dari kita tahan bantingan dalam menghadapi kejadian yang traumatis. Jadi tetap percaya bahwa badai pasti berlalu atau dalam hal ini, ‘kabut pasti berlalu.’-