Pandemi memberikan banyak tantangan serta ujian. Tapi kabar baiknya, menurut pakar, masa yang sulit ini bisa mengajarkan kita jadi pemimpin yang lebih ciamik.-
Mungkin di antara kita ada yang menganggap kalimat pembuka di atas ini adalah omong kosong. Bisa bertahan hidup di tengah pandemi saja sudah lebih dari cukup, masa, sih, kemampuan memimpin malah jadi meningkat? Di tengah segala tantangan, kabar duka, dan segala kebiasaan baru yang perlu kita lakukan, ada hal positif yang muncul. Percaya nggak percaya, keadaan ini ternyata berhasil membentuk para pemimpin hebat.
Iya, iya, paham banget kalau kemampuan memimpin itu memang biasanya tidak datang tiba-tiba dan muncul dalam waktu sekejap. Itu pula yang disampaikan oleh Jessica Nordlander, yang baru-baru ini mendapatkan Sweden's Most Innovative Leader. Menurutnya, kemampuan memimpin terbentuk dari rangkaian pengalaman yang membentuk naluri paling mendasar seorang pemimpin. Rangkaian pengalaman itulah yang terus membentuk perspektif pemimpin di sepanjang kariernya.
Jessica menambahkan, baginya ada satu pengalaman paling penting dan sebuah kondisi yang bisa 'mencetak' seorang pemimpin nan unik, yaitu sesuatu yang membuat kita naik-turun akan mendorong kita untuk terus maju. Persis seperti situasi di masa pandemi ini yang penuh dengan ketidakpastian dan membuat kita seperti sedang menumpangi sebuah roller coaster. Nah, itulah mengapa pandemi ternyata bisa mengajarkan kita jadi pemimpin yang lebih baik. Lalu, apa saja ya perilaku dan pola pikir yang dapat menumbuhkan kemampuan memimpin kita di masa pandemi? Ini dia penjelasannya.
Baca Juga: Ingin Punya Ide Yang Berdampak Bagi Sekitar, Begini Caranya
Daya juang yang tinggi
Dalam hal mengelola bisnis, terutama bisnis global, para pemiliknya seperti jatuh berkali-kali selama pandemi. Mulai dari bisnis travelling dan pariwisata hingga hiburan, kuliner, ritel, dan banyak sektor lainnya, mengalami penurunan keuntungan dahsyat yang terjadi sebagai akibat dari pandemi. Tantangan yang dihadapi para pemilik ini belum pernah terjadi di masa sebelumnya, dan ini berarti tidak ada pelajaran atau inspirasi yang bisa mereka dapatkan dari pendahulunya. Nah, menurut Jessica, pemenang dalam situasi saat ini adalah mereka yang mau terus berjuang. Soalnya, orang yang terus berjuang serta berupaya akan keluar dari krisis ini dengan lebih kuat, lebih mudah beradaptasi, dan lebih mampu dari sebelumnya. Setuju!Mau berinovasi
Kebutuhan seluruh dunia pada masa pandemi telah berubah secara drastis, jadi bagaimana perusahaan kita bisa terus bertahan untuk memenuhi tuntutan baru? Jawabannya adalah dengan berinovasi. Kita perlu bermimpi besar dan menemukan 'formula' yang tepat untuk terus bertahan. Cobalah melihat peluang dalam kesulitan dengan terus berinovasi. Tapi Jessica mengingatkan kita untuk menyeimbangkan antara inovasi dengan efisiensi.Resiliensi
Untuk bisa menjadi pemimpin yang lebih baik, kita perlu memiliki sikap resiliensi, yaitu keuletan dan keteguhan. Resiliensi ini dibutuhkan karena akan menjadi sumber kekuatan yang membuat kita mampu bertahan dalam kondisi apa saja. Paham, kan, kalau pandemi Covid-19 ini memberikan banyak ujian serta tantangan dalam hidup. Nah, kondisi tersebut ternyata bisa mengajarkan kita untuk memimpin lebih baik dengan terus berlatih menerapkan sikap resilien pada kehidupan sehari-hari. Contohnya, mau belajar dari kesalahan dan kegagalan, berusaha menemukan tujuan hidup, serta bersikap fleksibel.Mampu meregulasi emosi
Menurut psikolog Debora Basaria, M.Psi, ketika menghadapi situasi yang tidak menyenangkan seperti masa pandemi ini, cobalah untuk meregulasi emosi. Berusahalah bersikap tenang, terutama ketika menghadapi tantangan, misalnya dengan melakukan relaksasi dulu sebelum memberikan respons. Kalau kita berhasil meregulasi emosi, percayalah kemampuan memimpin kita akan meningkat. Karena, di balik keputusan besar yang bijak, terdapat jiwa yang tenang.Tetap fokus
Selama pandemi, banyak hal terjadi di luar kendali kita. Sangat penting untuk menyadari bahwa kita tidak perlu memiliki semua solusi atau bahkan berpura-pura memilikinya. Kita hanya perlu fokus pada apa yang bisa kita kendalikan. Berkonsentrasi pada apa yang dapat kita kendalikan adalah langkah pertama dalam memimpin dan mempertahankan bisnis kita selama krisis, bahkan pandemi.Keterampilan cara baru berkomunikasi
Menurut Jessica Nordlander, masa pandemi ini menuntut kita untuk menguasai keterampilan cara berkomunikasi yang baru. Berbicara langsung memang lebih baik dalam mengekspresikan empati dan menciptakan bonding. Nah, berhubung saat ini kita dipaksa untuk bisa berkomunikasi melalui ruang virtual yang bergantung pada koneksi internet dan atau menjadi sering menyampaikan pesan secara tertulis melalui email, maka belajar cara berkomunikasi yang baru ini, sangatlah penting.
Contohnya, sebelum mengirim email untuk membalas email dari rekan kerja atau siapa pun, pastikan kita memahami kepada siapa kita membalas. Apakah pantas untuk menekan 'reply all'? Kalau berkomunikasi melalui aplikasi messenger pada sebuah grup chat pekerjaan, apa saja etika-etika yang perlu diterapkan? Bisa juga dimulai dengan mengenali penerima pesan kita. Dengan mengenali audiens, kita bisa merencanakan cara berkomunikasi yang tepat sasaran.
Selain hal-hal di atas, pandemi juga mengajarkan kita untuk selalu punya 'safety net' yang bisa diandalkan ketika sedang butuh bantuan. Salah satunya adalah dengan memiliki dana darurat. Belum punya? Segeralah membuatnya. Biar makin cuan, buka tabungan di Digibank, deh. Setiap nasabah baru yang melakukan pembukaan tabungan digibank by DBS, bisa mendapat e-voucher yang bisa digunakan untuk belanja di JD.ID, lho. Cari tahu detailnya di sini.-