Menemui tantangan di pekerjaan adalah hal yang lumrah. Tapi, kalau sudah mengalami 8 tanda berikut, ini waktunya untuk berpisah.-
Memutuskan untuk berhenti dari pekerjaan bisa dibilang merupakan momen penting dalam karir. Soalnya, tidak mudah untuk mengenali perbedaan antara kapan kita harus mengatasi tantangan di pekerjaan, dan kapan saatnya berpisah dengan posisi kita sekarang. Kabar baiknya, para pakar karir membagikan tanda-tanda untuk mengajukan pengunduran diri. Baca terus untuk tahu 8 alasan tepat untuk berhenti kerja berikut ini.
1. Terus-menerus mengalami ‘Sunday Scaries’
Menurut Ellen Mackenzie, CEO dan pendiri Dishing Up Digital, bila kita mengalami ‘Sunday Scaries’ secara terus-menerus, ini artinya sudah waktunya mengirimkan surat pengunduran diri pada kantor. Sunday scaries adalah kecemasan yang dialami seseorang pada hari Minggu, ketika memikirkan tentang 5 hari kerja yang akan datang, hari sekolah, atau kewajiban lain yang menunggu di minggu depannya. Stres secara keseluruhan dan kurangnya kegembiraan pada pekerjaan di setiap hari Minggu adalah tanda peringatan terbesar bahwa kita perlu berhenti bekerja.
2. Membawa energi negatif ke kehidupan pribadi
Julie Vessel, chief talent officer di advertising agency MONO, mengatakan, bahwa mengeluh adalah sifat manusia, tapi ketika seseorang terus-menerus mengeluhkan pekerjaannya hingga membuat stres dan ‘membawanya’ pulang ke rumah, ini saatnya resign. “Bisakah kamu meninggalkan beban emosionalmu di tempat kerja? Jika tidak, mungkin inilah saatnya untuk memikirkan apa yang menyebabkan kamu tidak menyukai pekerjaanmu, dan tidak sesuai ekspektasi. Kemudian, cari sesuatu yang bisa memberikan hal tersebut,” jelasnya. Mungkin kita bisa memikirkan profesi baru, seperti wirausaha sosial, yang bukan cuma bermakna bagi diri sendiri, tetapi juga buat lingkungan.
Baca Juga: 5 Sektor Usaha dan Pekerjaan Yang Paling Dicari Selama dan Setelah Pandemi
3. Tidak mendapatkan gaji yang sesuai 
Menginginkan gaji yang lebih besar adalah alasan utama orang memutuskan untuk berhenti dari pekerjaan mereka, menurut survei PayScale terhadap lebih dari 38.000 responden. Pakar karier Keni Dominguez, menyarankan, jika kita telah mengonfirmasi bahwa kita dibayar rendah dan tidak memperoleh kenaikan gaji dalam waktu yang masuk akal, sudah waktunya mencari pekerjaan baru.
Bahayanya kalau kita tetap bertahan adalah, semakin lama kita bertahan di kantor yang tidak menghargai atau memberi kompensasi yang memadai, akan memengaruhi sudut pandang kita tentang karier dan pekerjaan Anda secara umum. Ini akan mengurangi awareness kita pada kekuatan dan keterampilan kita, menurut Cicely Horsham-Brathwaite, psikolog berlisensi dan executive coach.
4. Lingkungan kerja yang ‘toxic’
Bukan cuma hubungan percintaan beracun saja yang perlu diakhiri, lingkungan kerja yang ‘toxic’ juga wajib ditinggalkan. Dr. Lila Jordan, Human Resource Management Program di Walden University's MS, kalau kita mendapatkan perundungan, menuntut kita kerja berlebihan, atau dilecehkan dalam bentuk apa pun, berhenti bekerja mungkin merupakan pilihan terbaik. Laporkan masalah ini ke HRD kantor, sambil merencanakan strategi untuk keluar dari perusahaan tersebut.
5. Terlalu nyaman
Meskipun kita mungkin berpikir bahwa merasa nyaman dan percaya diri dalam pekerjaan merupakan indikasi kesuksesan, Julie Hansen, CEO Babbel US, mengatakan, itu bisa berarti sebaliknya. Menurut Julie, mereka yang mampu berkembang dalam kariernya adalah mereka yang cukup berani untuk merasa tidak nyaman. Waktu terbaik untuk mencari langkah selanjutnya untuk pengembangan diri adalah ketika semuanya berjalan baik. Soalnya, kalau kita menunggu sampai kita tidak bahagia atau nyaman, akan meningkatkan risiko kita mengambil apa saja tawaran yang datang demi keluar dari perusahaan.
6. Tidak fleksibel
Meningkatnya kesempatan bekerja dari rumah telah menyebabkan banyak pencari kerja memprioritaskan fleksibilitas dalam mencari pekerjaan, kata Dr. Lila Jordan. WFH (work from home) dapat sangat berguna bagi orang tua yang sudah memiliki anak dan mengasuhnya sendiri tanpa bantuan pengasuh anak, atau ingin fokus merawat orang tua. Karenanya, bila pekerjaan kita saat ini menghambat kemampuan kita untuk memenuhi tanggung jawab personal kita, mungkin ini saatnya kita mencari pengaturan kerja yang lebih fleksibel.
Meninggalkan pekerjaan kita yang ‘toxic’ terdengar indah secara teori, tetapi kenyataannya, resign bisa menjadi hal yang sangat menakutkan, terutama ketika ada tagihan yang harus dibayar. Pakar karier, Ellen Mackenzie, menyarankan, untuk mempersiapkan diri dengan dana darurat atau mulai membangun usaha sampingan sebelum memutuskan untuk berhenti bekerja. Belum punya modal untuk mendirikan bisnis, tapi sudah punya ide dan rencananya? Coba saja pakai DBS KTA by Digibank. Bisa pinjam dana untuk modal usaha hingga Rp300 juta dengan bunga rendah hingga 0.88%. Intip informasi detailnya di sini!-
