Saat pandemi, tak sedikit orang yang menghabiskan waktunya di rumah dengan bertanam. Mungkin kamu juga salah satunya. Namun, masalah yang sering timbul bagi masyarakat kota adalah luas lahan. Di sinilah istilah urban farming jadi semakin terkenal.
Secara teknis, urban farming merupakan konsep berkebun yang dilakukan di lahan terbatas seperti balkon, atap, atau pekarangan hunian. Jadi, kamu bisa melihat langsung proses penanaman bibit, pengaplikasian pupuk, panen hasil, hingga distribusinya. Nah, sebelum kamu mencobanya, ada fakta seputar urban farming yang penting kamu tahu.-
Jenis urban farming yang beragam
Dilansir dari situs simplicable.com dan online.aurora.edu, nyatanya ada beragam jenis urban farming, seperti vertikultur, taman dinding, taman rooftop, hidroponik, akuaponik, indoor farming, rumah kaca, kebun komunitas, dan masih banyak lagi.
Punya peran dalam mengatasi kelaparan
Dari situs fao.org ditemukan bahwa ada sekitar 200 juta petani urban farming dunia yang mampu menyuplai makanan untuk 700 juta orang. Situs yang sama juga menjelaskan bahwa urban farming berhasil menyediakan 30% konsumsi sayuran di Katmandu, 50% di Karachi, dan sekitar 85% di Shanghai.
Selain itu, komoditas seperti buah, sayur, dan unggas hasil urban farming juga bisa memenuhi 10-40% kebutuhan gizi di keluarga perkotaan. Ini berarti teknik ini punya peranan besar dalam pemenuhan suplai di kota-kota besar.
Menurunkan suhu di sekitar
Memiliki lebih banyak area untuk menanam tanaman tentu bisa mengurangi suhu di kota. Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Cardiff University pada 2007 menemukan bahwa keberadaan taman rooftop dan dinding vertical bisa menurunkan suhu udara di sekitarnya secara signifikan.
Mengurangi polusi udara di kota
Tak hanya membantu penurunan suhu, urban farming juga mampu meningkatkan kualitas udara khususnya di area dengan polusi tinggi. Dalam skala besar, urban farming dapat membantu memerangi perubahan iklim. Umumnya di kota-kota besar, ruang hijau seperti rumah kaca bisa jadi solusi yang baik.
Mempercantik lingkungan
Urban farming juga bisa membuat penampilan sekitarmu lebih cantik. Mungkin awalnya lahanmu terlihat gersang dan kumuh, namun berkat taman hijau, lingkunganmu terasa lebih cantik dan segar.
Tak dibatasi tanaman sayur dan buah
Meski umumnya orang lebih senang menanam tanaman seperti sayur atau buah, nyatanya urban farming tak melulu soal itu, tapi juga melibatkan kegiatan peternakan, perikanan, agroforestry (wanatani), dan hortikultura (tanaman hias). Bahkan di beberapa area, peternakan jadi bagian penting dalam urban farming. Contohnya di Kenya yang membudi-dayakan hewan ternak di kotanya.
Meminimalisir limbah makanan
Saat menanam tumbuhan, tentu kita memerlukan pupuk yang baik. Salah satu caranya adalah dengan pupuk organik yang juga bisa dihasilkan dari sisa-sisa makanan rumah tangga. Alhasil, limbah makanan pun akan berkurang karena bisa diolah kembali menjadi suatu hal yang berguna. Selain mengolahnya menjadi pupuk, kamu juga bisa mengurangi sampah makanan dengan berkontribusi dalam gerakan #MakanTanpaSisa . Bersama-sama sadar lingkungan dengan makan secukupnya. Kamu juga bisa mendukung gerakan ini dengan digibank X YummyBox “Buy 1 Meal to Give 1 Meal”. Bagi kamu pengguna kartu kredit digibank by DBS, gunakan kesempatan untuk membeli single meal di Yummybox untuk ikut memberikan 1 food box ke mereka yang terdampak pandemi ini. Cek selengkapnya di https://www.dbs.id/digibank/id/id/makan-tanpa-sisa-.
Itulah deretan fakta seputar urban farming yang wajib kamu tahu. Jadi, kamu enggak harus punya lahan luas dulu untuk bertanam. Asal kamu berniat untuk konsisten melakukannya, kamu pasti bisa. Selamat mencoba!