Delapan perempuan super ini banting tulang untuk melawan krisis iklim.
Tahun 2019 lalu, disebut-sebut sebagai tahun yang membuktikan kalau warga planet bumi mulai sadar akan isu perubahan iklim. Bisa dibilang, ini jadi tahun ketika dunia terbangun dengan situasi darurat iklim yang dipimpin para aktivis perempuan. Mereka telah menginspirasi kita semua melalui gerakan mereka di bidang lingkungan dan dengan berani menghadapi pemerintah serta raksasa industri di mana pun atas nama aksi iklim.
#1 Greta Thunberg (dok: nationalobserver.com)
Perempuan berusia 17 tahun ini jadi salah satu aktivis lingkungan paling populer di dunia selama setahun terakhir ini. Aktivis lingkungan asal Swedia ini adalah orang termuda yang ditunjuk sebagai ‘Person of the Year 2019’ dari Time Magazine setelah memikat perhatian dunia lewat aksi demo solonya di depan parlemen Swedia ketika ia masih berusia 15 tahun.
Di akhir tahun 2019, Greta mendapatkan Penghargaan Right Livelihood 2019, yang secara internasional dikenal dengan ‘alternative Nobel Prize’ untuk menghormati dan mendukung orang-orang yang berani memberi solusi untuk masalah global. Greta terkenal karena kemampuan bicaranya yang gamblang. Ketika ia berbicara tentang perubahan iklim, dia enggak kebanyakan basa-basi dan meremehkan pendengar atau lawan bicaranya. Ini koentji keberhasilannya dalam mengkampanyekan isu lingkungan.
#2 Genesis Butler (dok: twitter.com/genesisbutlerv)
Ini dia wonder kid asal Amerika Serikat yang masih berusia 12 tahun. Waktu umurnya masih 10 tahun, aktivis hak-hak hewan dan vegan etis ini sudah mengulik
hubungan antara lingkungan dan konsumsi hewan. Setelah bekerja dengan organisasi kesejahteraan hewan, Farm Sanctuary, untuk mempromosikan Senin Tanpa Daging
dan memenangkan banyak penghargaan, Butler juga menjadi pembicara TedX termuda.
#3 Nakabuye Hilda F. (dok. glimug.com)
Sekitar 77% populasi Uganda adalah anak muda berusia di bawah 30 tahun, dan saat ini mulai bermunculan gerakan anak muda yang fokus di isu seputar perubahan iklim dan kelestarian lingkungan. Salah satunya adalah aktivis Nakabuye Hilda F. yang giat berkampanye demi meningkatkan kesadaran akan bahaya perubahan iklim dan polusi plastik. Nakabuye menjadi tokoh utama dalam pawai iklim ‘Friday for Future; di Uganda. Perempuan berusia 22 tahun ini juga mengadakan gerakan pembersihan plastik dan mendesak pemerintah Uganda untuk mengambil tindakan dalam mengurangi emisi gas rumah kaca.
#4 Ridhima Pandey (dok. mathrubhumi.com)
Kita dan sebagian besar anak-anak di dunia, di usia 9 tahun mungkin menghabiskan waktu kita untuk bermain di luar. Tapi, Ridhima Pandey enggak begitu. Di usianya yang ke-9, ia malah sibuk menuntut pemerintah India karena kegagalannya mengatasi perubahan iklim pada tahun 2017. Dalam gugatannya, Ridhima meminta pemerintah untuk mengurangi emisi gas rumah kaca, mengembangkan strategi anggaran karbon, dan membuat rencana untuk pulih dari dampak perubahan iklim. Ridhima juga memperhatikan bahwa kota kelahirannya semakin panas dan kering setiap tahun. Perubahan iklim ini akan terus membebani sumber air India dan berdampak pada kesehatan penduduk.
#5 Marinel Ubaldo (dok. twitter.com/ynelubaldo)
Tahun 2013, Topan Haiyan ‘menyerang; Filipina dan menewaskan lebih dari 6.000 orang. Marinel Ubaldo selamat dari topan terkuat itu. Sayangnya, beberapa keluarga dan teman-temannya tidak. Peristiwa tragis itu mendorong Marinel untuk mengabdikan hidupnya memperjuangkan keadilan iklim. Filipina sangat rentan sama angin topan akibat memanasnya suhu laut dan naiknya permukaan laut. Ayah Marinel bekerja sebagai nelayan dan mata pencahariannya terancam oleh perubahan iklim. Jadi, buat Marinel, masalah iklim adalah masalah yang sangat pribadi baginya. Di tahun 2018, Marinel pergi ke New York dan berbicara di depan ribuan orang yang berkumpul untuk memprotes ketidakadilan lingkungan.
#6 Winnie Asiti (dok. greengrants.org)
Winnie Asiti pertama kali mendapat pengalaman menjadi aktivitas iklim ketika ia menghadiri negosiasi perubahan iklim PBB di Nairobi, Kenya, tahun 2006. Lima tahun kemudian, perempuan berusia 30 tahun ini membantu pembentukan African Youth Initiative on Climate Change dan kini ia menjadi penasihat kepada Global Greengrants’ Next Generation Climate Board, sebuah organisasi yang memberikan pinjaman kepada para aktivis dan isu lingkungan di seluruh dunia.
#7 Autumn Peltier (dok. Instagram/Autumn Peltier)
Remaja asal Kanada berusia 15 tahun ini adalah seorang aktivis air atau dikenal dengan sebutan water warrior. Tinggal di daerah yang terpencil, membuat Autumn berhadapan langsung dengan masalah kesulitan air bersih. Di negara maju sekelas Kanada, masih banyak orang yang tak bisa mengakses air bersih. Umurnya masih 14 tahun waktu menjadi wakil dari Anishinabek Nation dan mempertanyakan kebijakan air bersih pada Perdana Menteri Justin Trudeau. Di tahun 2019, Peltier juga berbicara kepada para pemimpin dunia di United Nations’ General Assembly di New York tentang masalah air bersih dan perlindungan air.
#8 Brianna Fruean (dok: omny.fm)
Aktivis Samoa berusia 20 tahun ini menghabiskan sebagian besar hidupnya untuk memperjuangkan keadilan iklim. Samoa adalah sebuah negara kepulauan di Samudra Pasifik bagian selatan. Ketika Fruean masih kecil, topan kuat menghantam Samoa, kemudian merusak infrastruktur dan pertaniannya. Sejak saat itu, ia mendedikasikan hidupnya untuk fokus pada fenomena lingkungan. Pada usia 11 tahun, ia menjadi pendiri organisasi iklim Samoa bernama 350.org, dan di usia 16 ia menjadi pemenang termuda dari Commonwealth Youth Award yang bergengsi untuk aktivisme lingkungannya.
Inspirasi untuk berperan lebih dalam menjaga lingkungan, bukan hanya dari orang-orang hebat di atas, tapi juga dari karya seni seperti film atau serial. Kita juga bisa menonton serial yang menginspirasi. Seperti mini-series berjudul Sparks. Mini seri yang tayang di kanal digital ini merupakan bentuk komitmen Bank DBS dalam meningkatkan agenda pembangunan berkelanjutan sebagai fokus dan tujuan bank.
Menariknya, serial bertema everyday heroes for a better world ini diilhami oleh kisah nyata. Di episode keenam Sparks, para bankir memulai perjalanan yang luar biasa. Mereka tertantang oleh suatu tradisi dan berupaya untuk mengubah masa depan sebuah desa. Simak cerita lengkapnya ini
.Jangan lupa juga untuk terus beraksi melindungi lingkungan. Salah satu caranya, kita bisa membiasakan hidup dengan minim sampah. Dimulai dari mengurangi limbah wadah makanan aja dulu. Bawa wadah makanan setiap kita ingin take away di restoran. Enggak punya kotak makan? Tenaaaang, buruan bawa pulang 1 buah hadiah wadah dari Lock&Lock setiap berbelanja di AEON Store BSD dan JGC dengan menggunakan kartu kredit Digibank by DBS. Syarat dan ketentuan bisa dicek di sini, ya.