Revolusi Digital di Asia
Global / Wawasan / 3 Oktober 2014
Asia mulai merasakan dampak dari perkembangan cepat teknologi digital. Negara-negara di Benua Kuning ini kini bisa meraih keuntungan dari bisnis yang memanfaatkan platform digital. Cina, contohnya, menduduki peringkat kedua sebagai negara berpendapatan terbesar di dunia dari bisnis online. Peringkat pertama ditempati oleh Amerika Serikat.
Studi yang dilakukan iResearch menyebutkan, pendapatan Cina dari penjualan retail secara online mencapai 8% dari nilai total. Pada 2015, jumlah itu diperkirakan meningkat hingga 10%—lebih tinggi Amerika yang hanya 5%-6%.
Salah satu pendorongnya adalah penetrasi smartphone. Teknologi ini membuka kesempatan kepada konsumen untuk bisa terus-menerus mengakses internet dan aplikasi. “Telepon pintar” juga memunculkan peluang bagi penggunanya untuk membeli atau menjual produk dan jasa hanya dengan sentuhan di layar telepon.
Pengguna smarthphone di Cina tahun lalu mencapai lebih dari 260 juta orang. Jumlah ini diperkirakan akan terus meningkat dengan cepat. Dalam laporan DBS Group Research berjudul “Sink or Swim Business Impact of Digital Technology” disebutkan bahwa Asia—tidak termasuk Jepang—akan memiliki 1 miliar smartphone pada 2015. Ini akan menjadi pendorong digitisasi ekonomi di Asia.
Di tahun itu, pengguna smartphone di Cina akan mencapai 625 juta. India yang kini memiliki 120 juta pengguna smartphone, pada 2015 jumlahnya juga akan meningkat dua kali lipat menjadi 240 juta.
Dengan jumlah itu, India akan menjadi negara pengguna smartphone terbesar kedua di dunia melewati Amerika. Di Indonesia, jumlahnya juga diperkirakan akan berkembang pesat hingga mencapai 125 juta.
Perkembangan teknologi mobile ini juga ditopang oleh munculnya berbagai aplikasi yang dengan mudah bisa diunduh. Saat ini, ada lebih dari satu juta aplikasi di Apple AppStore dan Google Play. Sebanyak 25-30 ribu aplikasi baru dijual di toko online itu setiap bulannya.
Ledakan aplikasi mobile ini terjadi karena jutaan pembuat aplikasi kini memiliki platform untuk berkreasi yang disediakan perusahaan, seperti Google dan Apple. Pasar aplikasi mobile pun terbuka luas karena bisa menjangkau miliaran orang pengguna smartphone.
Perkembangan teknologi digital membawa perubahan bagaimana bisnis dilakukan di berbagai sektor. Salah satu contohnya adalah Alipay, perusahaan penyedia platform pembayaran digital asal Cina. Di Alipay, seseorang bisa menyimpan uang, berbelanja, transfer hingga investasi melalui telepon genggam.
Pada 2013, Alipay mengelola pembayaran digital senilai US$ 519 miliar dan sukses menjalankan fungsi bank tanpa harus membuka cabang di berbagai tempat. Ini tantangan bagi bank-bank konvensional.
Dalam beberapa tahun mendatang, diperkirakan akan semakin banyak sektor yang terpengaruh oleh teknologi digital. Selain perbankan, sektor yang fokus pada jasa, seperti asuransi dan telekomunikasi, di antaranya.
Sementara itu, sektor yang menghasilkan produk fisik, seperti manufaktur dan pertambangan, tidak akan mendapatkan tantangan yang sama. Meski begitu, penggunaan teknologi digital akan membantu mereka dalam hal efisiensi kerja dan penghematan biaya. Baca selengkapnya disini
Fotografer: Agung Samosir (KATADATA)