Lanjutnya Proses Globalisasi Yuan
Global/Wawasan / 11 December 2014
Tampilnya Cina sebagai adidaya ekonomi dunia mendorong apresiasi terhadap mata uang yuan atau renminbi. Meningkatnya aktivitas perdagangan dari dan ke Cina membuat banyak negara menggunakan mata uang tersebut. Cina pun berkepentingan untuk memastikan bahwa yuan tersebar di seluruh dunia, seperti halnya dolar Amerika saat ini. Hal ini akan menjadi satu fenomena yang penting untuk Asia secara keseluruhan, mengingat semakin pentingnya peran perdagangan intra-Asia yang dimotori oleh China.
Upaya pemerintah Cina untuk menjadikan Yuan sebagai mata uang perdagangan internasional semakin mulus ketika negeri itu menjadi tuan rumah pertemuan organisasi Kerjasama Ekonomi Asia Pacific (APEC) di Beijing 5-11 November lalu. Kanada and Qatar menyatakan bersedia menjadi pusat kliring yuan untuk kawasan Amerika dan Timur Tengah. Sebelum Kanada dan Qatar, Malaysia dan Singapura sudah terlebih dulu menjadi pusat kliring di Asia Tenggara. Adapun selama periode Juni dan September tahun ini, lima pusat kliring yuan sudah diumumkan di Inggris, Jerman, Korea Selatan, Perancis, dan Luksemburg.
Sebagai bagian dari upaya mendukung ekspansi yuan, Cina juga mempelopori pendirian Bank Investasi Infrastruktur Asia (AIIB), yang ditandatangani oleh 21 negara di Beijing, 24 Oktober lalu. Kabarnya, Amerika Serikat mendesak Indonesia, Australia, dan Korea Selatan untuk tidak ambil bagian dalam pendirian bank tersebut.
Lebih lanjut, Cina bergerak cepat dengan membuat perjanjian pasar bebas dengan bebas dengan sejumlah negara. Selain mendorong terciptanya pasar bebas APEC, Cina juga sudah mencapai kesepakatan tentatif dengan Korea Selatan dan tengah menyelesaikan negosiasi dengan Australia.
Upaya meningkatkan konvertibilitas yuan juga digenjot dengan terhubungnya bursa Shanghai dan Hong Kong dalam program Shanghai-Hong Kong Stock Connect yang dimulai 18 November lalu. Terbukanya link kedua pasar saham itu akan memberi akses bagi investor individual asing untuk membeli saham di bursa Shanghai, dan warga Cina bisa membeli saham di Hong Kong. Sebelumnya, hanya institusi asing yang mendapat izin terlebih dahulu untuk menempatkan investasinya di Shanghai. Oleh karena itu, permintaan investor asing terhadap seluruh asset yang berdenominasi yuan, contohnya dalam bentuk equity-linked note atau equity-linked deposit, diperkirakan akan terus melejit.
Shanghai-HK Stock Connect diharapkan mengurangi perbedaan harga saham perusahaan dual listing Cina. Selama ini harga saham di Shanghai lebih karena tingginya animo warga Cina untuk membeli saham. Dengan harga yang lebih terjangkau, maka diharapkan asset perseorangan Cina yang diinvestasikan meningkat dari level 12% (dari total RMB 65 triliun) saat ini. Sebagai pembanding, persentase total asset perseorangan di AS yang diinvestasikan mencapai 44%.
Hubungan dua pasar saham itu tentu akan memperlancar aliran dana dari Cina ke Hong Kong, dan pada akhirnya ke penjuru dunia karena pasar saham Hong Kong lebih terbuka dan dikelola dengan efektif dan transparan. Kondisi ini membuat penyebaran yuan dan produk-produk keuangan berbasis yuan akan lebih mudah diakses. Baca selengkapnya disini