Asia, Penggerak Konsumsi Dunia
Global/Wawasan / 07 December 2014
Penduduk Asia yang meliputi 40% populasi dunia merupakan penggerak meningkatnya geliat ekonomi kawasan itu. Ketika Amerika Serikat dan Eropa terhuyung oleh krisis ekonomi global menyusul ambruknya Lehman Brothers pada 2008, lima tahun kemudian akumulasi pertumbuhan Asia justru menghasilkan 1,25 Jerman baru di peta ekonomi benua ini.
DBS Group Research dalam serial laporan Asian Gamechangers bertajuk “Open Your Wallet, Rising Spending in Asia” menyebutkan bahwa pertumbuhan yang luar biasa itu ditopang oleh tingginya konsumsi di kawasan ini. Konsumsi memang diyakini akan menentukan perekonomian sebuah kawasan.
Mengutip laporan tersebut, konsumsi sepuluh negara Asia dengan ekonomi terbesar—tanpa menyertakan Jepang—atau Asia-10 (Cina, India, Indonesia, Korea, Taiwan, Singapura, Filipina, Malaysia, Thailand, and Hong Kong) mencapai 45 persen dari total GDP, dibandingkan 40 persen untuk investasi.
Sekarang, mari kita bandingkan pertumbuhan konsumsi Asia-10 dengan AS, Jepang, dan Uni Eropa. Bila mengacu pada periode yang sama, 2008-2013, pertumbuhan konsumsi Asia mencapai 37,6%. Adapun Amerika Serikat dan Jepang masing-masing berada pada 7,5 dan 6,1%, sedangkan Eropa masih berkutat dengan pertumbuhan negatif , -1,5%.
Benar bahwa angka pertumbuhan hanyalah salah satu indikator. Bagaimana bila dikonversikan ke dalam pertumbuhan Dolar dalam periode yang sama? Jawabnya, $477 miliar, atau 2,3 kali yang dicapai AS. Artinya, setiap $1 konsumsi baru di AS, Asia menambah $2,3. Dengan daya konsumsi yang besar ini, Asia merupakan penggerak pertumbuhan konsumsi global.
Lalu, siapa penyumbang terbesar pertumbuhan itu? Lagi-lagi, Cina menjadi yang terdepan. Pertumbuhan retail di negeri itu mencapai 12% per tahun, dengan total pertumbuhan konsumsi pada kisaran 8-8,5%. Selanjutnya, Malaysia mencapai pertumbuhan konsumsi 7,7% pada dua kuartal akhir 2013, sedangkan Filipina dan Indonesia berada di angka 5,7 dan 5,3%.
Tak dapat dipungkiri pertumbuhan konsumsi Cina ditopang oleh besarnya ekonomi negeri itu. Dalam periode lima tahun pasca krisis global, Cina menyumbang $317 (66%) permintaan baru di Asia. Di sini, jelas ada ketimpangan, dan ketimpangan ini akan semakin menjadi karena pertumbuhan ekonomi China yang lebih cepat dibanding negara lainnya.
Tentu, negara Asia lainnya juga menyumbang pertumbuhan konsumsi yang signifikan. India telah menghasilkan $71 miliar pertumbuhan konsumsi baru sejak 2008, atau 60% lebih besar dibanding pencapaian Jepang pada periode yang sama. Indonesia, dengan level konsumsi $475 miliar telah menghasilkan $24 miliar konsumsi baru pada 2014. Adapun peningkatan Korea Selatan akan selalu 50% lebih besar dari Indonesia.
Pertumbuhan konsumsi tersebut merupakan dampak meningkatnya pendapatan. Kocek yang lebih tebal telah menambah daya beli masyarakat di kawasan itu. Konsumen memiliki keleluasaan untuk membeli produk atau jasa di luar belanja wajib rutin seperti bahan pokok, rumah, dan transportasi menuju tempat kerja.
Keranjang belanja konsumen kini berisi item “mewah” yang kian tahun besarannya meningkat seiring bertambahnya penghasilan. Di Cina, dengan gelombang urbanisasi yang massif, sektor yang mendongkrak konsumsi adalah layananan kesehatan, transportasi (mobil pribadi), dan perumahan. Sedangkan di Hong Kong yang lebih dulu maju dan kaya, pakaian menempati posisi teratas, sementara pembelian rumah relatif turun. Adapun di Korea Selatan, belanja sektor pendidikan menempati peringkat tertinggi, yang tampaknya sulit diikuti oleh negara lainnya. Baca selengkapnya disini