Kota Menembus Batas Negara
Global / Wawasan / 25 November 2014
Masa depan ekonomi dunia ada di kota, bukan negara. DBS Group Research dalam laporannya “Asian Gamechangers: Going to Town Urbanisation in Asia” menyebutkan ada tren yang berubah ketika investor lebih memilih melakukan investasi langsung ke kota daripada ke negara. Akibatnya saat ini, 600 kota terbesar di dunia yang dihuni 20 persen populasi bumi telah menyumbang lebih dari separuh Produk Domestik Bruto (PDB) global.
Kekuatan kota ini tak pelak merupakan hasil dari derasnya urbanisasi. Kota dipenuhi oleh jutaan orang dari latar belakang berbeda dengan kemampuan terbaik. Kota menjadi tempat ditemukannya pekerja terbaik, dan pekerja terbaik memiliki penghasilan terbaik, lalu memilih kebutuhan hidup yang terbaik pula. Roda perekonomian kian terpacu karena munculnya permintaan baru, yang membuka peluang-peluang usaha baru bagi penghuninya.
Teknologi informasi yang menjadi faktor penting perkembangan ekonomi juga membuat peran kota semakin kuat karena infrastruktur terbaik ada di perkotaan. Dinamika ini berpadu dengan tren penyerahan wewenang dari negara ke kota dalam berbagai sektor.Hubungan dan perjanjian dagang antar dua kota menjadi lebih penting. Di sejumlah negara Amerika Latin, kota sudah diberi wewenang untuk menjalin perjanjian ekonomi dengan kota dari negara lain.
Tak kalah penting, kota-kota besar yang menjadi motor pertumbuhan ekonomi terletak di pusat kluster kota-kota kecil, sehingga mendorong pertumbuhan kota-kota di sekelilingnya. Kota Shanghai di Cina, misalnya, dikelilingi oleh kawasan urban di delta Sungai Yangtze. Kota besar dan kota-kota kecil di sekelilingnya saling memenuhi kebutuhan satu sama lain, sehingga lama-kelamaan seluruh kawasan tersebut melebur menjadi sebuah megaregion.
Ledakan penduduk di kawasan-kawasan urban juga akan menjadi daya tarik investor dalam mengembangkan usaha. Pebisnis tak akan lagi berfikir negara yang dituju, tapi kota yang menjadi pertimbangan utama. Meski sebuah negara besar yang memiliki kawasan pedesaan sangat luas dan penduduknya masih tersebar di pedalaman bisa menjadi pasar yang penting, tetap tak akan menjadi pilihan utama investor. Karena uang lebih banyak beredar di kota.
Dalam hal ini, pebisnis pun dituntut bergerak lebih cepat demi meraup berkah perkembangan kota. Di lain pihak, pemerintah juga harus segera mengubah cara pandang untuk mendukung kepentingan nasionalnya. Contoh pola pikir lama, misalnya, menempatkan lebih banyak staf perwakilan di Auckland, Selandia Baru, dari pada Wuhan di Cina. Padahal perekonomian Wuhan diprediksi akan tumbuh 10 kali lipat dibanding Auckland pada dekade mendatang.
Ke depan, dalam politik, mungkin negara akan terus memegang hegemoninya. Tapi, dalam bisnis dan bidang lainnya, kota akan menjadi lebih penting karena masa depan perekonomian dunia akan lebih banyak ditentukan oleh kota. Baca selengkapnya disini