Lebih dari tiga puluh persen pernikahan di Amerika dimulai dari pertemuan online. Demikian hasil riset terhadap 19.000 orang yang menikah antara tahun 2005 – 2012 yang dilakukan John Cacioppo, psikolog sekaligus direktur Center for Cognitive and Social Neuroscience di University of Chicago. Diperkirakan di tahun 2040, 70% pasangan mengawali pertemuan pertamanya di dunia online. Berbagai penelitian tersebut tentunya bikin kita yang masih lajang pengin buru-buru nge-swipe kanan kiri demi menemukan dia yang kelak jadi pendamping hidup.
Tapi mengapa buat sebagian orang meski sudah memakai aplikasi dating sejak bertahun-tahun, tetap susah menemukan hubungan yang bertahan lama? Ada beberapa alasan penting yang justru menyulitkan kita menemukan cinta saat memakai aplikasi dating.
Hayo ngaku, pasti ada momennya kita nge-swipe sambil mengernyitkan kening, menahan tawa atau terang-terangan berkomentar negatif terhadap kandidat yang muncul di feed kita. US Association of Psychology Science menemukan bahwa me-review berbagai kandidat membuat kita lebih kritis dan gampang menolak seseorang yang dianggap kurang sempurna, dibandingkan saat bertemu langsung. Mentang-mentang stok banyak, kita jadi merasa lebih banyak punya pilihan yang lebih baik.
Dulu kita pikir semakin banyak pilihan, artinya semakin besar kesempatan mendapatkan kebahagiaan. Tapi riset membuktikan ada sisi gelap dari ketersediaan pilihan yang membuncah, yaitu choice overload. Kita jadi susah merasa puas atas pilihan yang sudah dibuat. Dalam sebuah riset yang dilakukan oleh Jonathan D’Angelo dan CL Toma dari University of Wisconsin, responden diberikan antara 6-24 kandidat teman kencan layaknya website dating, diminta mengisi survey dan memilih orang yang ingin dikencani. Satu minggu kemudian ditemukan hasil bahwa mereka yang memiliki jumlah kandidat terbanyak untuk dipilih, cenderung merasa kurang puas dengan pilihannya. Bayangkan bila kita berada di daerah yang memiliki sedikit penduduk. Ketika akhirnya punya pasangan, kita akan lebih keras berusaha merasa puas karena tahu pilihan di luar sana sangat sangat terbatas.
Masuk ke dunia online dating berarti harus siap basa-basi demi mendapatkan pasangan yang klop. Sepuluh match artinya sepuluh usaha memulai dan menjagapercakapan tetap menarik hingga akhirnya benar-benar ketemu langsung. Enggak semua orang kuat mental melakukan ini.
Bergabung di aplikasi dating berarti siap ditolak dan menolak berdasarkan 1-5 foto serta tulisan singkat tentang diri masing-masing. Lama kelamaan kita pun capek ketika orang sudah keburu menolak sebelum mengenal lebih lanjut. Men-swipe left tanpa benar-benar tahu kepribadian yang sebenarnya pun bikin letih. Biar bagaimanapun we are more than our Tinder profile.
Saking ambisiusnya menemukan pasangan idaman, tanpa sadar kita sudah terjebak lingkaran setan: swipe – chat – date - swipe – chat – date. Ulangi sampai Lebaran monyet. Ada rasa takut kalau kita berhenti nge-swipe, maka enggak bakal ketemu jodoh. Makin parah lagi kalau kita merasa sedang dikejar deadline. Bukannya menemukan the one, kita malah menghabiskan energi memaksakan sesuatu.
Aplikasi dating adalah salah satu usaha mendapatkan cinta. Tidak ada yang salah dari keinginan mencapai kebahagiaan yang diidamkan. Namun bila kejenuhan sudah mulai mendera, ada baiknya uninstall aplikasi dating sejenak. Nikmati waktu berkencan dengan diri sendiri tanpa harus basa-basi busuk bersama orang baru. Saatnya kamu me time tanpa harus repot datang ke salon. Kamu bisa lakukan semuanya di rumah! Mulai dari perawatan rambut hingga kuku dan dapatkan juga diskon 50 ribu Rupiah dengan menggunakan Kartu Debit digibank by DBS.