Kalau kita kerap bepergian ke luar negeri (baik untuk perjalanan bisnis, bertualang, maupun liburan), tentunya ada masa-masa ketika kita perlu menukar uang ke mata uang lokal.
Memang, saat ini, dengan jaringan ATM yang tersebar luas, kita selalu bisa menarik mata uang lokal lewat ATM. Meskipun tergolong aman, perlu diingat bahwa untuk setiap transaksinya, beberapa bank juga mengenakan charge sebesar 1%-3% plus charge tambahan lagi untuk penggunaan mesin. Nilai tukar yang kita dapatkan lewat ATM pun seringkali tak lebih baik dari nilai tukar yang bisa kita dapatkan di kios-kios penukaran mata uang di sudut-sudut jalan.
Karenanya, kios-kios penukaran mata uang asing masih kerap menjadi pilihan para pejalan untuk mendapatkan nilai tukar yang menguntungkan. Apalagi, dalam perjalanan, biasanya ada saja beberapa situasi atau destinasi yang menyulitkan kita dalam mencari atau menggunakan mesin ATM.
Nilai tukar terbaik rata-rata memang bisa didapatkan lewat kios-kios penukaran mata uang yang terletak di gang-gang paling kecil dan tersembunyi--alih-alih di pusat-pusat perbelanjaan besar. Hanya saja, sebagai pejalan, kita harus berhati-hati dalam melakukan penukaran mata uang di kios-kios kecil ini. Ada saja beragam modus penipuan yang bisa merugikan kita jika kita tak menyadarinya!
Ini 5 di antaranya:
Banyak kios-kios penukaran mata uang yang menempelkan tulisan ‘bebas komisi’ atau ‘komisi 0%’ besar-besar, untuk menarik pelanggan. Jangan terkecoh! Janji ‘bebas komisi’ atau ‘komisi 0%’ bukan jaminan bahwa nilai tukar yang mereka berikan pasti lebih baik! Kebanyakan kios penukaran mata uang memang tak mendapatkan keuntungan lewat komisi, melainkan lewat selisih nilai tukar mata uang yang mereka perdagangkan.
Misalnya, jika nilai tukar adalah Rp13.000,- untuk US$1, kios penukaran mata uang bisa memberikan kita harga Rp13.150,- untuk US$1, sehingga mereka mendapatkan keuntungan Rp150,- dari setiap dolar Amerika yang kita beli.
Bisa jadi, beberapa kios penukaran uang memang tak mengenakan komisi, namun ini bukan jaminan bahwa mereka lantas tidak bermain keuntungan lewat selisih nilai tukar.
KIAT:
Jangan berasumsi bahwa janji ‘bebas komisi’ atau ‘komisi 0%’ adalah jaminan bahwa kios penukaran mata uang tersebut menawarkan nilai tukar yang menguntungkan. Cek terlebih dahulu nilai tukar mata uang pada hari itu lewat Internet, setelah itu bandingkan dengan nilai tukar yang ditawarkan oleh kios-kios penukaran mata uang di sekitar kita. Pilih kios yang memberikan nilai tukar terbaik untuk jumlah uang yang kita miliki.
Ketika sedang berada di kios penukaran mata uang, biasanya kita memang tidak bersusah-payah mengikuti gerak jemari petugas ketika sedang menghitung nilai tukar dengan kalkulator. Kita juga biasanya malas ikut menghitung apakah jumlah yang ditawarkan memang sudah benar atau sudah sesuai dengan nilai tukar yang dijanjikan--apalagi saat kita menukarkan uang dalam jumlah lumayan besar.
Beberapa kios ‘nakal’ memanfaatkan kelengahan kita untuk melancarkan modus penipuan menggunakan kalkulator yang sudah diakali. Caranya adalah dengan menekan tombol Memory Recall di kalkulator, alih-alih tanda sama dengan (=) ketika hendak menampilkan jumlah keseluruhan nilai tukar. Akibatnya, jumlah yang tertera di layar kalkulator bukanlah jumlah nilai tukar sebenarnya, melainkan sederetan angka yang sebelumnya telah diketikkan oleh petugas untuk mengelabui kita!
KIAT:
Jangan lengah ketika petugas sedang menghitung nilai tukar mata uang lewat kalkulator. Awasi gerakan tangannya. Paling baik adalah gunakan kalkulator pada telepon genggam kita, dan ikut menghitung jumlah uang yang seharusnya kita dapatkan. Kemudian, bandingkan hasilnya dengan jumlah nilai tukar yang tertera di kalkulator petugas. Sama, atau berbeda?
Bisa jadi, ini adalah salah satu bentuk penipuan tertua dalam penukaran uang. Situs-situs perjalanan seperti TripAdvisor, misalnya, penuh dengan keluhan mengenai praktik penipuan ini. Biasanya, modus yang satu ini banyak menimpa pejalan yang menukarkan uang di kios-kios tak resmi, seperti toko-toko suvenir atau toko-toko kelontong yang merangkap menjadi tempat penukaran uang.
Modusnya terbilang klasik: menggabungkan kecepatan tangan dan keributan untuk mengalihkan perhatian kita. Waspadalah jika ketika kita sedang menukar uang, ada banyak orang yang tiba-tiba mendekat dan bertanya macam-macam: seperti kita berasal dari mana, sedang apa di kota mereka, dan sebagainya--atau jika tiba-tiba ada banyak orang mengerubungi kita untuk menjual atau menawarkan sesuatu.
Sementara perhatian kita teralihkan, petugas akan mulai menghitung uang--yang biasanya terdiri dari lembaran dalam denominasi kecil; supaya jumlahnya lebih banyak. “Maklumlah, kami bisnis kecil, jadi tak punya uang kertas dalam nilai besar,” demikian mungkin mereka akan beralasan. Yang kemudian mereka lakukan adalah trik kecepatan tangan untuk menukar dan menyelipkan lembaran uang yang sudah dihitung ke tumpukan yang sedang dihitung. Akibatnya, mereka bisa saja terlihat dan terdengar sedang menghitung hingga 100, meskipun sebenarnya, uang yang dihitung hanya 80 lembar.
KIAT:
Selalu hitung kembali jumlah uang yang diterima di hadapan petugas, terutama jika kita merasa teralihkan. Jika terganggu karena ada banyak orang yang mengerubungi dan mengajak kita berbincang-bincang saat sedang menukar uang, lebih baik tinggalkan tempat itu dan cari kios penukaran mata uang lain.
Modus penipuan dengan mata uang palsu memang sangat berbahaya--apalagi ketika kita tidak akrab dengan warna, gambar, bentuk, maupun tekstur mata uang asing di negara yang sedang kita kunjungi. Memang, pada akhirnya lebih banyak modus penipuan mata uang palsu ini yang menimpa para turis--karena tentunya akan lebih sulit menipu orang lokal yang sudah mengenal mata uangnya sendiri dengan baik.
Modus penipuan ini bisa melibatkan individu (seperti pengemudi taksi, penjual makanan, dan lain sebagainya) yang menawarkan jasa penukaran uang, ataupun petugas nakal di kios-kios penukaran mata uang. Salah satu skenario yang kerap terjadi adalah munculnya seseorang--tepat pada saat kita hendak menukarkan mata uang di sebuah kios. Orang ini kemudian akan menawarkan nilai tukar yang lebih baik dari nilai yang ditawarkan di kios penukaran mata uang tadi.
Kalau kita mengiyakan, ada beberapa kemungkinan yang bisa terjadi: 1) Penipu ini akan menyelipkan lembaran uang palsu di antara lembaran uang asli--yang sepintas terlihat serupa, 2) Penipu menukar lembaran uang dalam denominasi besar dengan uang palsu (orang lokal biasanya dengan mudah bisa mencurigai dan mengenalinya sebagai uang palsu), 3) Penipu memberikan lembaran mata uang yang tak berlaku, misalnya Rp200.000,-* dan mengatakan kepada turis bahwa mata uang dengan denominasi ini baru saja diperkenalkan minggu lalu.
KIAT:
Selalu baca informasi mengenai mata uang di negara yang akan kita kunjungi sebelum bepergian. Lihat-lihat gambar, warna, dan bentuknya di Internet, supaya kita bisa mengenali mata uang di negara tersebut dengan lebih baik. Kalau ada orang-orang yang menawarkan kesepakatan nilai tukar yang terlalu fantastis, lebih baik ditolak saja, karena bisa jadi, kita sedang masuk perangkap.
Beberapa kios penukaran mata uang akan menampilkan nilai tukar tertentu yang mereka tawarkan, namun memberikan kita nilai tukar yang sama sekali berbeda. Penipuan semacam ini biasanya terjadi pada jam-jam sibuk, ketika banyak orang-orang mengantri untuk menukar uang. Pada situasi sedemikian, biasanya kita juga akan cepat-cepat menerima uang yang diberikan petugas, tanpa mengecek atau menghitung ulang.
Salah satu akal-akalan untuk mendukung modus penipuan ini adalah dengan sengaja membingungkan kita akan nilai jual dan nilai beli. Ingat, ketika kita menukar mata uang A dengan mata uang B, kita dalam posisi ‘membeli’ mata uang B. Karenanya, nilai tukar yang akan kita dapatkan bisa dilihat di bawah kolom ‘JUAL’ pada papan penawaran di kios penukaran uang. Beberapa kios penukaran uang sengaja menukar kolom JUAL dan BELI pada papan penawaran untuk mengelabui kita.
KIAT:
Cek terlebih dahulu nilai BELI mata uang pada hari itu lewat Internet, lalu bandingkan dengan nilai JUAL di kios penukaran mata uang yang kita datangi. Jika nilainya mendekati dan penawaran cukup baik, hitung dengan kalkulator telepon genggam, berapa jumlah uang yang akan kita dapatkan. Selalu hitung kembali uang yang sudah kita terima di hadapan petugas. Jika kita tak sempat menghitung, setidaknya, selalu simpan bukti penukaran (receipt) supaya kita bisa mengecek ulang.
Merepotkan? Memang.
Karenanya, menukar uang lewat bank masih menjadi pilihan paling aman dan nyaman untuk beberapa orang yang tak ingin repot-repot berurusan dengan penipuan di kios-kios penukaran uang. Tukar uang tunai secukupnya saja untuk kebutuhan selama perjalanan sebelum kita berangkat ke luar negeri. Lalu, tambahkan 10% lagi ke dalam dana tersebut untuk biaya tak terduga.
Kurangi risiko kehilangan atau kecopetan dengan membawa kartu kredit--sehingga kita tak perlu lagi harus menukar uang tunai dalam jumlah banyak.
Karena bukankah kita ingin menikmati perjalanan dengan nyaman, rileks, dan bebas stres?