Foto utama: dok. Unsplash.com
Melihat foto-foto atau video travel influencer, ingin rasanya menggeluti profesi mereka. Tiap hari jalan-jalan, namun uang pun tetap lancar mengalir ke rekening. It feels like living the dream. Akan tetapi, kehidupan orang itu beda-beda. Realitanya, kita seperti halnya rakyat jelata pada umumnya, harus menabung dulu agar bisa travelling. Apalagi travelling ke tempat-tempat yang jauh dan membutuhkan banyak uang. Misalnya, ke New York, Peru, Iceland. Hiks…
Sering kejadian, nih, di saat kita lagi menabung demi jalan-jalan ke tempat liburan idaman, penyakit sakaw travelling mendera. Gejalanya dimulai dari kebosanan luar biasa terhadap rutinitas, menurunnya gairah hidup menghadapi pagi hari, keinginan untuk tersesat di sebuah tempat yang belum pernah didatangi sebelumnya. Ketika gejala-gejala ini sudah dimulai sementara keadaan dompet ngos-ngosan, apa yang harus dilakukan?
Meski sudah tinggal bertahun-tahun di kota sendiri, pasti ada spot tertentu yang belum pernah didatangi, atau sudah lama tidak kita sambangi. Datangi tempat tersebut dengan mindset seperti turis. Bawa kamera kita dan abadikan momen-momen yang menarik. Coba makanan yang menjadi ciri khas area tersebut. Misalnya, kita yang tinggal di Jakarta, datangi kawasan Pecinan di Glodok untuk menikmati kuliner dan suasana yang berbeda. Dengan mindset ala turis saat menjelajah daerah ini, kita membangkitkan rasa ingin tahu yang biasanya membuncah ketika sedang travelling.
Ketika hendak travelling ke suatu tempat, biasanya kita riset terlebih dahulu. Riset bisa dimulai dari menikmati buku atau film dari tempat tersebut. Misal, nonton Midnight in Paris demi impian mengeksplor kota romantis ini suatu saat nanti. Membaca buku Call Me By Your Name yang setting-nya kota kecil di Italia. Anne Quindlen, pengarang How Reading Change My Life, mengatakan, “Books are the plane, and the train, and the road. They are the destination, and the journey.”
Buat yang tinggal di Yogyakarta, bisa naik kereta sejam ke Solo untuk kulineran atau nonton pertunjukan tari. Kita yang tinggal di Tangerang Selatan, main-main, deh, ke daerah Banten untuk foto-foto Instagramable di Keraton Kaibon. Day trip ke kota terdekat biayanya murah dan bisa menikmati hal-hal yang berbeda dari yang tiap hari kita lihat. Lumayanlah bisa menuntaskan sebagian dahaga kita.
Cari resep makanan tempat liburan yang ingin didatangi di jagat maya. Buat yang pengin ke Peru, contek cara membuat cheviche. Ngidam ke Bali? Yuk, iseng bikin ayam betutu di rumah. Selain buku dan film, makanan pun bisa bikin kita rasanya sedang travelling.
Kenalan dengan orang yang tinggal di tempat liburan tersebut
Kita bisa melakukannya di platform Couchsurfing. Bisa juga melalui browsing foto-foto tempat liburan idaman, lalu kenalan dengan penduduk lokal yang (setelah di-stalking) sekiranya cocok diajak ngobrol lebih lanjut. Kita bisa mengirim pesan yang berisi pujian atas foto-fotonya dan keingin mengunjungi kampung halamannya. Kalau direspon, sekalian tanyakan tips berkunjung ke sana. Lebih bagus lagi kalau dia menawarkan jadi guide gratisan.
Selain lima hal di atas, kita juga bisa iseng main-main ke bandara. Memandang pesawat yang lepas landas dan memperhatikan orang-orang yang lalu lalang. Manfaatkan juga kartu kredit digibank kita untuk menikmati makanan dan minuman complimentary dari Starbucks di airport. Tenang, ada banyak cara hemat melampiaskan dahaga sakaw travelling, kok.