Pelepah pinang yang dianggap sampah diubah jadi pemberi berkah buat semesta dan banyak orang oleh Plépah.
Kalau dengar kata 'pinang', sebagian besar orang mungkin cuma ingat sama batang pohon pinang yang biasa dipakai untuk lomba panjat pinang di Hari Kemerdekaan. Padahal nggak cuma itu manfaatnya. Pohon pinang yang jumlahnya banyak di negeri kesayangan kita ini, punya potensi ekonomi yang sangat tinggi. Selain buah dan biji, pelepah pinang yang sering dianggap limbah ternyata punya nilai ekonomis yang bisa kita manfaatkan.
Dari Limbah, Jadi Berkah
Rengkuh Banyu Mahandaru dan Almira Zulfikar adalah dua anak muda yang mau bergerak mengolah limbah pelepah pinang. Kisah Pak Supri, seorang petani di desa Mendis, Musi Banyuasin, Sumatera Selatan, menginspirasi mereka untuk mendirikan Plépah pada tahun 2018 lalu. Tanpa gengsi, Pak Supri mengambil pelepah pinang di kebun-kebun warga yang selama ini dianggap sampah buat dijadikan produk yang bermanfaat dan memiliki nilai ekonomis nan tinggi.
Plépah bekerja sama dengan para petani, termasuk Pak Supri, dan warga lokal untuk mewujudkan produk kemasan yang ramah lingkungan dari HHBK (hasil hutan bukan kayu). HHBK adalah hasil hutan hayati baik nabati maupun hewani beserta produk turunannya, kecuali kayu yang berasal dari hutan. Contohnya adalah tanaman pinang.
FYI, Indonesia jadi salah satu eksportir pinang terbesar ke negara-negara lain, lho. Bukan cuma buat bahan ekspor, pinang juga berpotensi banget buat jadi sumber pendapatan dan lapangan pekerjaan buat masyarakat lokal. Nah, Plépah berhasil menghubungkan desain, teknologi, sosial dan lingkungan menjadi inovasi berbasis masyarakat untuk model bisnis yang berkelanjutan.
Baca Juga: Keren Banget, Ini Ekonomi Sirkular ala Magalarva Bersama Bank DBS dan Blibli
Kenapa Pilih Bikin Wadah Kemasan?
Salah satu penyebab jumlah sampah rumah tangga di Indonesia yang makin hari makin menumpuk adalah kebiasaan kita memesan makanan online atau take away. Apalagi sepanjang masa pandemi, ketika kita sering berkirim makanan sebagai bentuk perhatian dan ungkapan rasa rindu untuk bertemu. Perhatiin, deh, wadah kemasan makanannya, kebanyakan pakai styrofoam atau kemasan plastik lain yang membuat jumlah sampah plastik sekali pakai melambung tinggi dan berkontribusi sama pencemaran lingkungan. Dilansir dari Kumparan.com, Penelitian Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) di 18 kota utama Indonesia menemukan hampir 1 juta ton sampah masuk ke laut selama kurun waktu 2018. Salah satu sampah yang paling banyak ditemukan adalah sampah styrofoam. Nah, Plépah berusaha menjadi solusi dari permasalahan lingkungan itu.
Mereka membuat food container dan piring dari limbah pelepah pinang yang 100% berbahan alami, food grade, tahan air, dan higienis karena sudah disterilisasi melalui proses UV (Ultraviolet). Kerennya lagi, Plépah dapat terurai di tanah secara alami dalam waktu 60 hari! Kalau makanan di dalam wadah Plépah mau dihangatkan di oven/microwave juga bisa, soalnya Plépah tahan panas hingga 200 derajat Celcius.
Wadah kemasan Plépah bisa juga digunakan beberapa kali untuk makanan kering. Kamu bisa membersihkannya dengan lap basah, lalu segera keringkan atau dijemur, terus simpan di tempat yang bersih dan kering, deh. Bagi kamu pebisnis makanan dan minuman, kamu bisa pesan custom design package untuk menempelkan brand bisnismu, baik di kemasannya maupun di bagian sleeve pembungkus wadah. Selain bikin kemasan makin keren, kamu juga sudah selangkah lebih maju untuk ikut menyelamatkan lingkungan. Plus, jadi pembuat perubahan pula!
Menyelamatkan Lingkungan dan Menciptakan Lapangan Pekerjaan
Yang bikin makin kagum, mindset Plépah bukan memperbanyak kapasitas produksi, tapi memperbanyak titik produksi supaya lebih banyak lagi komunitas yang terdampak positif secara kemandirian ekonomi. Jadi, nggak cuma lingkungan aja yang mendapat dampak positif dari kehadiran Plépah, tapi juga petani dan warga lokal. Keren banget, yaaa.
Plépah memang menggunakan skema micro manufacturing yang dipilih biar teknologinya bisa diadaptasi oleh masyarakat di pedesaan, terutama di area-area terpencil. “Apalagi intervensi pertama kami berada di tengah-tengah perkebunan karet dan kelapa sawit," kata Rengkuh pada Kompas.com. "Kami fokusnya memberdayakan masyarakat di area konservasi tersebut supaya ada produktivitas lain dan peningkatan ekonomi,” lanjutnya.
Supaya lebih hemat energi, proses produksinya memakai sumber listrik dari solar panel, turbin air, atau lainnya. Selain itu, mesin produksi juga didesain sepraktis mungkin supaya lebih memudahkan distribusi dan nggak memakan banyak ruang. Selain bermitra sama petani dan masyarakat di Kabupaten Musi Banyuasin, Sumatera Selatan, mereka juga sudah bermitra dengan para petani pemilik kebun pinang di Kabupaten Tanjabung Timur dan Tanjabung Barat, Jambi.
Nggak berhenti menciptakan inovasi, sejak pertengahan tahun 2021, Plépah bekerja sama dengan Pusat Penelitian Biomaterial LIPI di Cibinong, Jawa Barat, buat mengembangkan bahan-bahan alami lain sebagai alternatif kemasan sekali pakai. Bahan-bahan yang lagi mereka teliti adalah batang pohon pisang, sorgum, tongkol jagung, serat kelapa, dan bambu. Semangat terus ya, Plépah!
Kalau kamu kepingin mendirikan bisnis sosial seperti Plépah, tapi modalnya belum cukup, digibank by DBS siap membantumu lewat berbagai produk pinjamannya. Mudah dan cepat cair, lho. Butuh dana lebih besar tapi bunga lebih kecil? Buruan ajukan ke digibank KTA. Cari tahu lebih lanjut di sini!-