Dua hal tersebut mungkin sudah sering kita dengar. Yup, betul banget keduanya adalah sampah makanan. Namun ternyata, mereka memiliki arti yang sedikit berbeda.
Semua pasti setuju kalau makanan adalah bagian tak terpisahkan dari kehidupan manusia. Sebagian dari kita mungkin juga meyakini bahwa makan bukan hanya untuk mengenyangkan perut saja, tetapi juga dapat menjadi menghibur hati di kala bad mood. Hayo, angkat tangan yang kalau lagi stres, langsung buru-buru pesan makanan lewat aplikasi pesan-antar untuk memperbaiki suasana hati padahal lagi nggak lapar-lapar amat.
Sebelum terus mengonsumsi makanan secara impulsif, kita perlu tahu kalau dari setiap makanan yang kita konsumsi, yang hilang serta terbuang juga muncul dengan sendirinya. Pada tahun 2011, FAO (Food and Agriculture Organization) of the United Nations, menyampaikan, bahwa sekitar 1/3 makanan dunia hilang atau terbuang setiap tahun.
Kehilangan dan pemborosan pangan memang telah menjadi isu di berbagai belahan dunia, begitu juga di Indonesia. Pada laporan Food Sustainable Index (2018) yang diterbitkan oleh The Economist Intellegent Unit bersama Barilla Center For Food and Nutrition Foundation, dijelaskan, bahwa rata-rata setiap penduduk Indonesia membuang sekitar 300 kg makanan per tahun. Ini tentu saja menjadikan Indonesia sebagai negara berkembang dengan perilaku konsumtif pangan yang tinggi.
Hal tersebut menjadi adalah salah satu masalah makanan paling mendesak saat ini, dan inilah yang dinamakan food loss serta food waste. Food loss dan food waste terjadi mulai dari ladang hingga meja makan, dari produsen hingga konsumen di seluruh rantai pasok pangan (food supply chain). Ini merupakan tantangan besar dalam perjalanan dalam menyukseskan keberlanjutan. Untuk melakukannya, kita perlu banget memahami perbedaan antara food loss dan food waste.
Baca Juga: 5 Cara Mudah yang Bisa Kamu Lakukan untuk Dukung Kampanye Berkelanjutan
Perbedaan Food Loss dan Food Waste
Pada situs resminya, FAO menjelaskan, kalau food loss adalah penurunan kuantitas atau kualitas makanan yang dihasilkan dari keputusan dan tindakan oleh pemasok makanan dalam rantai, tidak termasuk pengecer, penyedia layanan makanan, dan konsumen. Dengan kata lain, food loss adalah kehilangan pangan yang utamanya terjadi karena proses produksi, meliputi tahap panen, pasca-panen, dan distribusi.
Sementara itu, masih dijelaskan oleh FAO, food waste mengacu pada penurunan kuantitas atau kualitas makanan yang dihasilkan dari keputusan dan tindakan oleh pengecer, penyedia layanan makanan, serta konsumen. Biasanya food waste terjadi di tingkat retail dan konsumen, di ujung rantai pasok pangan. Makanan terbuang dengan berbagai cara seperti berikut ini:
- Produk segar yang dianggap tidak optimal, misalnya dalam hal bentuk, ukuran dan warna, seringkali dikeluarkan dari rantai pasok pangan selama penyortiran produk. Biasanya didorong oleh keputusan yang dibuat oleh konsumen dan pengusaha untuk mempertimbangkan standar kualitas, estetika dan/atau keamanan.
- Makanan yang mendekati, sudah di tanggal kedaluwarsa, atau melebihi tanggal “Best before” sering dibuang oleh pengecer dan konsumen.
- Banyak makanan sehat yang dapat dimakan seringkali tidak dikonsumsi atau tertinggal dan dibuang dari dapur rumah tangga dan restoran.
Menimimalkan food loss dan food waste akan mengarah pada penggunaan lahan yang lebih efisien dan pengelolaan sumber daya air yang lebih baik dengan dampak positif pada perubahan iklim serta mata pencaharian, jelas FAO pada situs resminya. Setuju sekali dengan yang dikatakan oleh FAO. Kita tidak menyadari betapa sering kita menyia-nyiakan makanan dan betapa buruk dampaknya terhadap lingkungan, dan krisis iklim. Mengurangi limbah makanan kita bisa bermanfaat untuk tempat tinggal kita, sekarang dan masa depan.
Selain lebih bijak dalam mengonsumsi makanan dan berusaha mengurangi mengolah limbah makanan dengan daur ulang sampah, jangan lupa juga untuk lebih bijak mengelola keuangan. Daripada gaji dihabiskan untuk jajan, mengapa tidak menginvestasikannya pada Investasi ST008 di aplikasi digibank by DBS. Selain bisa menambah cuan, kita juga bisa berkontribusi untuk lingkungan khususnya di Indonesia. Hasil Investasi ST008 bisa kita nikmati setiap bulan dengan tambahan cash reward hingga Rp1 juta di awal pendanaan. Yuk, mulai investasi sekarang! Simak informasi lengkapnya di sini.-