Hidup terlalu singkat untuk dihabiskan belanja barang-barang yang kurang penting.
Coba buka lemari baju kita. Lihat baik-baik pakaian yang tersedia. Ada berapa pakaian yang kita beli secara impulsif tapi jarang dipakai? Pakaian yang dadakan kita beli karena ada diskon, saat itu lagi ngetren atau karena kelihatan ‘keren’ aja. Seberapa sering kita memakainya? Berapa pakaian yang sebenarnya kita agak menyesal sudah membelinya?
Bukan hal yang mudah melakukan tindakan-tindakan tadi. Apalagi kalau kita sadar ternyata banyak pakaian dalam lemari yang sebenarnya jarang terpakai. Saya ingat dulu suka kalap beli baju second hand karena murah banget. Tapi begitu sampai di rumah saya suka bingung, “Ngapain, sih, beli baju ini? Mau dipakai ke mana?” Akhirnya baju itu teronggok begitu saja di lemari. Dibuang sayang, disimpan enggak pernah dipakai.
Seorang pakar zero waste bernama Kathryn Kellogg dalam sebuah videonya menjelaskan ia rela menunggu 30 hari sebelum membeli sesuatu. Tindakan ini sesuai dengan prinsip psikologi bernama delayed gratification atau bahasa simpelnya, menunda kenikmatan. Ini merupakan proses seseorang menahan diri dari godaan di depan mata untuk mendapatkan keuntungan di masa akan datang. Contoh, kita menolak beli tiket konser artis kesayangan karena mau mengumpulkan uang untuk traveling ke Jepang.
Kenikmatan merupakan faktor penting untuk bertahan hidup. Pada dasarnya butuh hal-hal basic seperti makanan, air dan tempat tinggal. Tapi semakin dewasa kita harus dapat mentoleransi rasa tidak nyaman karena harus menunda kenikmatan demi tujuan yang lebih besar. Tanda kedewasaan ditandai dengan menikmati proses bekerja keras dan disiplin meski kadang tidak nyaman.
Kita pun perlu memahami trik-trik muslihat dunia marketing untuk menggoda konsumen agar belanja terus menerus. Dari diskon, bonus pembelian dan masih banyak lagi. Menurut Kathryn selain menghemat uang, manfaat utama dari menunda belanja adalah menghemat energi. Yaitu energi yang dikeluarkan untuk memproduksi suatu barang. Kita juga mengurangi sampah yang tidak diperlukan.
Menunggu selama 30 hari berarti memperlambat penumpukan barang di dalam rumah. Barang baru hasil belanjaan memang bisa menghibur kita. Tapi pikirkan lagi, berapa lama kita akan terhibur? Sehari, seminggu atau sebulan? Marie Kondo selalu bilang, singkirkan barang-barang yang tidak memberikan kebahagiaan. Strategi lain yang lebih ekstrim disebut Swedish Death Cleaning. Artinya memilah barang-barang yang dapat dimanfaatkan orang lain dengan membayangkan seolah kita sudah meninggal. Live more, waste less!
Rosellina Ferraro, PhD, Associate Professor of Marketing dari Robert H Smith School of Business di University of Maryland berkata, “Kebahagiaan sejati tidak datang dari benda-benda materialistis, tapi dari hubungan dengan orang lain dan pengalaman.” Pikir baik-baik sebelum berbelanja. Pilih hal yang benar-benar penting dan akan membawa kebahagiaan di masa akan datang.
Bukan rahasia lagi kalau menunda kenikmatan untuk keuntungan di masa depan adalah dengan menabung. Akan lebih baik lagi bila kita menabung di bank yang mementingkan nilai-nilai ramah lingkungan. Bank yang tidak perlu memerlukan puluhan lembar dokumen untuk ditandatangani. Bank yang mendukung mengurangi polusi karena tidak perlu harus kita datangi. Membuka tabungan di digibank semudah memesan makanan via ojek online. Cukup unduh aplikasi di sini untuk buka rekening. Mudah, praktis dan ramah lingkungan!