Seringkali dianggap cuma bad mood, depresi kadar rendah penting untuk diketahui agar enggak makin merusak kesehatan mental.
Sebenarnya wajar, kok, kalau ada hari tertentu kita merasa enggak punya energi saat bangun pagi. Malas mandi, malas kerja, malas gaul sama orang lain. Tapi hati-hati kalau frekuensi feeling low ini menjadi semakin sering. Misal, kita merasakan hal ini tiga kali dalam seminggu.
Baru-baru ini Michelle Obama mengakui bahwa dia merasakan low grade depression atau depresi tingkat rendah. Ini ditandai dengan terbangun tengah malam, kecemasan terhadap suatu hal dan perasaan berat dalam dada. Ia merasa pemicunya bukan sekadar pandemi COVID-19 tapi juga ketegangan rasial dan politik yang terjadi di Amerika.
Dengan angka penularan COVID-19 di negara kita yang masih tinggi, hal yang dirasakan Michelle Obama cukup familiar bagi banyak orang. Rasa cemas, sedih, gampang menangis dan kemarahan, tiba-tiba menjadi sering muncul. Menurut Mental Health Foundation, 62% orang dewasa di Inggris mengalami kecemasan atau kekhawatiran saat gelombang pertama lockdown.
Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia (PDSKJI) juga melakukan survei mengenai kesehatan jiwa masyarakat pada bulan Juli 2020 lalu. Pemeriksaan dilakukan terhadap tiga masalah psikologis, yakni cemas, depresi, dan trauma psikologis. Faktanya dari 1.522 responden, sebanyak 64,3 persen mengalami cemas dan depresi akibat pandemi COVID-19. Gejala gangguan kesehatan mental yang dialami bervariasi seperti sulit tidur, kurang PD, lelah, kehilangan energi dan minat.
Gejala-gejala ini sesuai dengan low grade depression atau depresi tangkat rendah yang dalam bahasa medis disebut dhysthymia. Konselor Josh MacNab menyebutkan gejala dhystimia mencakup, kehilangan nafsu makan, insomnia, kelelahan, kurang PD, kurang konsentrasi dan perasaan tak punya tujuan hidup.
Perbedaan utama antara dysthymia dan gangguan depresi berat adalah dysthymia didiagnosa setelah gejalanya berlangsung dalam jangka waktu yang lebih lama. Sama seperti masalah kesehatan mental yang lain, dysthymia dipicu oleh berbagai insiden. “Saat ini kita mengalami pandemi yang menjadi pengalaman trauma global dan mempengaruhi kehidupan. Dampaknya rutinitas terganggu. Keadaan lingkungan eksternal menjadi tak menentu ditambah lagi adanya physical distancing yang membutuhkan penyesuaian,” lanjut Josh.-
Jadi wajar saja dengan keadaan sekarang, perasaan sedih, cemas, pesimis, marah adalah perasan yang valid. Kita bisa mengatasinya dengan berbagai metode self love, seperti:
- Berolahraga
- Meditasi
- Nonton film komedi
- Menghubungi sahabat atau keluarga untuk sharing
- Bermain dengan binatang peliharaan
- Bercocok tanam
- Memasak
- Makan makanan kesukaan
Tapi yang paling penting, kita harus memahami ketika perasaan-perasaan tadi menjadi makin intens. Seperti ketika muncul dorongan menyakiti diri sendiri atau orang lain. Itu berarti kita harus mencari pertolongan yang lebih serius.
Pertolongan didapat dengan menghubungi psikolog atau psikiater. Jangan takut menganggap bahwa berkonsultasi dengan pakar kesehatan mental berarti kita memiliki gangguan kejiwaan. Sadari bahwa it’s okay not to be okay. And it’s okay to seek for help to be okay.
Salah satu bentuk self love yang juga bisa kita lakukan adalah staycation di hotel dalam kota. Cari hotel dengan fasilitas lengkap dan protokol kesehatan yang berkualitas tinggi. Seperti hotel Mandarin Oriental, Jakarta. Dengan menggunakan kartu kredit digibank, kita dapat menikmati diskon 25% dari Best Available Rate untuk pemesanan kamar di hotel Mandarin Oriental Jakarta. Berlaku untuk hari Sabtu-Minggu sampai tanggal 11 Desember 2020.