Tidak ada yang bisa memprediksikan waktu, termasuk pandemi yang tiba-tiba datang dan melumpuhkan dunia. Namun, saat bumi seolah dipaksa berhenti, cahaya terang bernama harapan justru datang dari sosok-sosok yang tak pernah diduga. Mereka adalah kumpulan orang yang rela maju selangkah ke depan demi membagi kekuatan bagi sekitarnya.
Pekerjaan Rahim Bin Abu Bakar, 61, sebagai pengemudi limosin yang biasanya mengantar tamu dari bandara ke rumah harus terhenti akibat Covid-19. Sebagai satu-satunya pencari nafkah keluarga dengan tiga anak yang masih sekolah, ia tentu khawatir. Hampir setiap hari, ia berusaha menghubungi koordinatornya untuk menanyakan pekerjaan yang masih bisa dilakukan.
Di tengah kecemasannya, Rahim mendapat kesempatan untuk menjadi bagian dari program “Feed the City – DBS Edition” hasil kerja sama The Food Bank Singapore dan DBS Stronger Together Fund. Baginya, ini bukan hanya penyambung hidup sendiri melainkan juga cara untuk membagikan kebahagiaan bagi sesama.
Setiap hari, Rahim mengantarkan 20-80 makanan. Meski banjir keringat akibat naik-turun tangga sambil berkeliling, ia mengaku ini bukanlah pekerjaan yang berat. Sama halnya saat Rahim mengantarkan tamu prioritas, proses pengantaran makanan tetap dilakukan secara profesional.
Hampir sama seperti Rahim, pasangan Goh Heng Hock, 60, dan sang istri, Lee San Phui, 52, harus menutup bisnis makanan yang telah dijalankan selama 30 tahun. “Tak pernah ada krisis yang memengaruhi warung saya separah ini,” ungkap Goh Heng Hock.
Biasanya, ia bisa menjual sekitar 400 mangkuk mi setiap hari, namun penjualannya turun drastis sejak pandemi melanda. Bahkan, selama masa lockdown di Singapura, di mana masyarakat dianjurkan diam di rumah dan dilarang untuk makan di luar, pendapatan warung makan Goh Heng Hock turun hingga 50%.
Bak secercah cahaya di tengah lorong gelap, ia dilibatkan dalam program “Feed the City”. Sebagai bagian dari program ini, Goh Heng Hock harus memenuhi pesanan dalam jumlah besar bagi para lansia dan keluarga berpenghasilan rendah yang terdampak oleh pandemi. Ia pun mulai mengurangi harga makanan sebesar 30% dan memberikan porsi yang lebih besar.-
Kini, setelah pelarangan makan di restoran diangkat, Goh Heng Hock merasa senang karena bisa kembali bertemu dengan pelanggan tetapnya. “Sekarang memang berat, tapi pasti akan berlalu, Segalanya akan jadi lebih baik,” ungkapnya optimis.
Itu hanya dua dari sekian kisah inspiratif yang bisa membantumu untuk bangkit dari rasa terpuruk akibat pandemi. Temukan kisah inspiratif lainnya di https://www.dbs.com/covid-19/portraits-of-purpose/indonesia/bh/portraits-of-purpose.html?pid=id-bh-portraits-article-portraits-text-go-to-portraits-of-purpose