Menyelamatkan bumi sekaligus bisa menghemat pengeluaran untuk deterjen, pembersih lantai, sabun cuci piring dan lain sebagainya!
Meskipun selama ini kita diberitahu bahwa sampah makanan dapat mudah terurai lagi di alam, sebetulnya tidak semua diolah kembali. Sebagian hanya tertumpuk di tempat pembuangan akhir dan menghasilkan proses pembusukan anaerob yang menghasilkan gas metana. Kandungan gas metana ini bahkan 30 kali lebih besar daripada karbondioksida! Mengapa bisa terjadi? Reaksi anaerob banyak terjadi pada sampah makanan yang terjebak di antara sampah non-organik, seperti plastik pembungkus. Lebih gawat lagi gas metana juga berdampak buruk bagi kesehatan pernapasan masyarakat di sekitar tempat pembuangan akhir.
-Dengan menyadari bahwa sampah yang dihasilkan merupakan tanggung jawab kita, sedikit demi sedikit bumi lebih cepat sembuh. Selain memanfaatkan sampah makanan menjadi pupuk kompos, kita pun bisa menjadikannya cairan pembersih multifungsi yang natural. Sebutannya eco-enzyme atau garbage enzyme yang merupakan hasil fermentasi dari sampah organik yang dicampur dengan gula aren, tebu atau gula merah. Eco-enzyme juga lembut di kulit, berbeda dari efek zat kimia yang biasa terkandung di cairan pembersih.
Foto: dok. pinimg.com
Pertama kali ditemukan pada tahun 2003 oleh Dr. Rosukon Poompanvong dari Thailand. Berkat penemuannya, ia meraih penghargaan dari FAO (Food and Agriculture Organization). Ia membuktikan bahwa eco enzyme mudah dan murah diproduksi sekaligus dapat menjadi cairan pembersih serbaguna serta pupuk yang bermanfaat bagi para petani. Tapi yang terpenting eco-enzyme membantu mengurangi sampah!
Eco-enzyme dapat dimanfaatkan menjadi:
- Pembersih lantai
- Pembersih toilet
- Pencuci piring
- Pembersih dapur
- Pembersih udara
- Deterjen pakaian
- Body wash dan shampoo
- Penangkal serangga
- Pupuk
- Pestisida
Foto: dok. pexels.com
Cara membuat eco-enzyme:
Bahan-bahan:
- Gula apapun selain gula putih. Karena gula putih sudah melalui proses pemutihan selain itu gula merah atau cokelat memiliki kandungan mineral yang lebih tinggi.
- Sampah sayuran dan buah-buahan (kecuali buah durian). Biji-bijian juga dapat dimasukkan asal jangan yang besar seperti mangga.
- Wadah yang dapat ditutup rapat, seperti botol, toples. Lebih baik bila wadah terbuat dari plastik karena gas yang dihasilkan oleh eco-enzyme akan membuat wadah lebih mengembang.
- Air
Langkah-langkah Pembuatan:
- Potong kecil-kecil sampah buah atau sayur
- Pastikan komposisi air, sampah buah atau sayur dan gula adalah 10:3:1. Misalnya, 10 gram gula merah, 30 gram sampah buah/sayur, 100 gram air. Sesuaikan dengan container yang kita miliki.
- Campur semua bahan dalam container dan aduk atau kocok-kocok.
- Tutup erat wadah.
- Biarkan selama tiga bulan dalam ruangan.
- Selama tahap fermentasi awal, buka wadah setiap minggu sekali untuk membebaskan gas yang terjebak dan mencegah container meledak.
- Setelah tiga bulan, eco enzyme yang sukses akan berwarna kecokelatan dengan bau asam seperti cuka. Bila cairan berwarna kehitaman, tambahkan gula lebih banyak untuk melanjutkan proses fermentasi. Abaikan bila muncul cacing dan serangga karena lama kelamaan mereka akan larut dalam proses pembuatan eco-enzyme.
- Saring cairan dan pindahkan ke wadah yang lain.
- Sisa sampah organik dapat digunakan sebagai pupuk.
Penting Untuk Diperhatikan:
- Eco-enzyme tidak akan kadaluarsa jadi tidak perlu ditaruh di kulkas
- Jika menginginkan bau yang lebih segar, tambahkan kulit jeruk, lemon atau pandan.
- Rasio bahan-bahan saat membuat eco enzyme itu sangat penting. Bila eco-enzyme kekurangan air, maka akan menjadi lengket saat kita gunakan untuk membersihkan lantai.
Rumah adalah tempat paling tempat dan gampang untuk menyelamatkan bumi. Live more waste less! Untuk membeli buah-buahan atau sayuran sebagai modal bahan eco-enzyme, manfaatkan diskon sampai Rp 100.000 bila bertransaksi di Farmers Market dengan kartu kredit digibank. Promo ini berlaku hingga 30 Juni 2020. Yuk, mulai beraksi mencintai bumi dari rumah!