Jutaan orang telah merasakan dampak sosial dari usaha sosial yang mereka dirikan.
Sebagai perempuan, tantangan berbisnis lebih sulit daripada lelaki. Perempuan kerap menghadapi beban ganda yaitu kewajiban mengurus keluarga dan pekerjaan. Belum lagi menghadapi stigma negatif mengenai kepemimpinan perempuan yang dianggap lemah dan emosional. Tujuh perempuan ini sukses mendobrak rintangan tersebut sekaligus menjadi pahlawan perubahan sosial.
- Veronica Colondam
Founder & CEO YCAB Foundation
foto: https://www.instagram.com/p/B9OrGeljY1t/
Veronica Colondam mendirikan YCAB pada tahun 1999 saat masih berusia 27 tahun. Ia ingin membantu remaja prasejahtera mendapatkan akses pendidikan. Perempuan yang akrab disapa Vero ini percaya pendidikan merupakan kunci meningkatkan kesejahteraan. Pada tahun 2001, Vero menjadi peraih penghargaan UN Vienna Civil Society Award termuda. Di bawah kepemimpinannya selama 21 tahun, YCAB telah menjangkau lebih dari 3,8 juta anak muda Indonesia dan membina 177.159 ibu-ibu pengusaha mikro melalui YCAB Ventures. - Helga Angelina
Co-founder Burgreens
Foto: https://www.instagram.com/p/B95rGQZgyzn/
Perempuan kelahiran 2 Desember 1990 ini mengaku sejak kecil punya masalah dengan ginjal dan liver akibat terlalu banyak mengonsumsi obat-obatan berbahan kimia. Ia harus menjaga asupan makanan sehat namun mengalami kesulitan menemukannya. Inilah yang mendorong Helga untuk mendirikan restoran cepat saji organik yang diberi nama Burgreens pada tahun 2013. Burgreens juga bekerjasama mengambil bahan-bahan makanan dari 200 petani dari sekitar 20 komunitas petani di Indonesia. Dikutip dari kumparan.com, Helga Angelina berkata, “Visi Burgreens menjadi perusahaan yang bisa menghijaukan piring pelanggan kita, menghijaukan kota Jakarta, dan melindungi kehijauan Indonesia serta membuat sistem yang adil dan menyejahterakan orang-orang di dalamnya.” - Azalea Ayuningtyas
CEO Du Anyam
Foto: https://www.instagram.com/p/Bvqy-QzhPxp/
Setelah lulus S2 dari Harvard University, Azalea sempat bekerja di perusahaan konsultan di Boston. Namun pada tahun 2014, Azalea memilih kembali ke tanah air untuk mendirikan Du Anyam bersama Hana Keraf, Melia Winata dan Zona Ngadiman. Keprihatinannya terhadap permasalahan kesehatan masyarakat muncul setelah banyak terlibat dalam proyek peningkatan nutrisi dan sanitasi di Indonesia, India dan Kamboja. Misi utama Du Anyam adalah memberdayakan perempuan Flores untuk menghasilkan produk kerajinan anyaman dari daun lontar dengan ciri khas desain tradisional. Uang hasil penjualan digunakan untuk memperbaiki dan memenuhi kebutuhan pangan sehat anak-anak dan para ibu di Flores.
“Kami tidak ingin sekadar memberikan ‘ikan’ tetapi ‘kail.’ Dengan memiliki keterampilan, maka para ibu itu dapat mandiri secara ekonomi,” ujar Azalea dikutip dari youngster.id. - Mesty Ariotedjo,
Co-founder Wecare.id
Foto: https://www.instagram.com/p/CDJU3cUJHnk/
Lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia ini sempat bekerja di daerah terpencil di Flores, NTT yang memiliki tingkat kematian bayi dan ibu tertinggi. Selama setahun Mesty bekerja di RS Umum Ruteng, satu-satunya rumah sakit di tiga kabupaten di pulau Flores. Kepeduliannya terhadap akses kesehatan bagi pasien di daerah terpencil mendorongnya mendirikan WeCare.id bersama rekan-rekannya. WeCare.id adalah situs untuk mengumpulkan dana bagi pasien di daerah terpencil. WeCare.id juga memfasilitasi warga di daerah terpencil yang tidak memiliki Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) untuk memproses kepemilikan JKN. Dikutip dari youngter.id, Mesty berkata, “Visi dan misi WeCare.id adalah Indonesia sehat merata. Semua orang bisa menjangkau fasilitas kesehatan yang optimal tanpa terkendala biaya.” - Leonika Sari Njoto Boedioetomo
CEO Reblood
Foto: https://www.instagram.com/p/BzcAkeMF04C/
Leo terpilih mengikuti Global Entrepreneurship Bootcamp yang diselenggarakan oleh Massachusetts Institute of Technology pada tahun 2014. Ia termasuk dalam 47 orang yang terpilih setelah mengalahkan lebih dari 50.000 calon peserta lain di seluruh dunia. Minatnya pada dunia sosial berkembang kuat setelah mengikuti pelatihan ini. Ia pun mendirikan Reblood, aplikasi yang menghubungkan para donor dengan mereka yang membutuhkan darah. Ketika mengembangkan ide Reblood, Leonika langsung dimentori oleh walikota Surabaya,Tri Rismaharini. Reblood jadi satu-satunya startup Indonesia yang berhasil masuk nominasi Google Play Awards 2019. Kepada youngster.id, Leonika berkata, “Kami ingin bisa mengubah masyarakat yang belum rutin donor darah menjadi rutin mendonor darah.” - Shinta Nurfauzia
CEO dan Co founder Lemonilo
Foto: dok. bravaradio.com
Pada usia 25 tahun, Shinta mengalami quarter life crisis dalam kehidupannya. Untuk mencari jawaban ia berusaha mencari program beasiswa hingga akhirnya berhasil melanjutkan pendidikan jenjang S2 di Harvard Law School melalui jalur beasiswa LPDP. Ia pun bertemu dengan Johannes Ardiant yang sama-sama berminat membuat bisnis yang mempromosikan gaya hidup sehat. Diawali dengan bersama-sama mendirikan Konsula yaitu health maketplace yang menghubungkan pasien dengan penyedia produk dan jasa kesehatan. Kemudian berkembang mendirikan Lemonilo, e-commerce yagn menyediakan berbagai produk alami dengan harga terjangkau yang bebas dari ratusan bahan sintetis berbahaya.- - Utari Octavianty
Director General & Co-founder Aruna.id
Foto: https://www.instagram.com/p/B37WB9tptzg/
Saat usianya yang masih 21 tahun, Utari bekerjasama dengan kedua rekannya, Farid N Aslam dan Indraka Fadhlillah, untuk mendirikan Aruna.id di tahun 2016. Aplikasi Aruna.id menyediakan platform bagi nelayan untuk menjual hasil tangkapannya dengan harga sesuai pasaran. Motivasi Utari mendirikan Aruna.id muncul dari keprihatinannya terhadap nelayan Indonesia yang rata-rata memiliki pendapatan Rp 1,1 juta per bulan. Di awal memperkenalkan Aruna.id kepada nelayan, ia harus menyamar menjadi mahasiswa yang sedang melakukan penelitian demi terhindar dari ancaman tengkulak bahkan kepala suku yang tidak suka dengan kehadirannya. Kini aplikasi Aruna.id sudah dinikmati oleh nelayan di 16 wilayah Indonesia. Bahkan hasil melaut nelayan sudah dipasarkan ke mancanegara. Dilansir dari BBC Indonesia, pendapatan dari seluruh transaksi melalui Aruna.id rata-rata bisa mencapai Rp 690 miliar setiap bulannya.
Menjadi perempuan inspiratif seperti mereka bukan sekadar mimpi. Kita juga bisa memulai usaha sosial yang sukses meraup keuntungan sekaligus membawa dampak. Dimulai dengan belajar melalui buku Profit Untuk Misi Sosial keluaran DBS. Buku dapat diperoleh gratis dan bisa langsung di-download di http://go.dbs.com/id-sehandbook2020.