Karena tujuan utama kita bukan cuma ‘muda dan keren’ tapi juga ‘tua dan sejahtera.’
Kondisi ‘BM’ alias banyak mau banyak dialami oleh generasi millennials akibat godaan duniawi yang sulit ditolak. Nongkrong di kafe Instagramable hits, beli sepatu keluaran terbaru merek kesayangan, ngopi di coffee shop mahal dan banyak lagi.
Memahami perbedaan kebutuhan dan ke-BM-an akan membuat kita melek dan mengerti bahwa ada pengeluaran tertentu yang sebetulnya membahayakan keadaan finansial serta kurang penting untuk kehidupan jangka panjang. Bahwa beli sepatu Yeezy seharga Rp 8 juta yang dicicil tiga bulan itu cuma bikin ribet aja.
Mengatasi masalah keuangan mengharuskan kita membuat keputusan-keputusan kecil dan penting dengan uang kita sehari-hari. Kalau kita merasa setiap bulan semakin boros tapi bingung ke mana uang pergi, maka saatnya berhenti sejenak. Mari belajar membedakan antara BM (Banyak Mau) dan MB (Memang Butuh) serta ‘jebakan’ yang bikin kita kebingungan.
- Mengerti Perbedaannya
Dalam konsep ekonomi sebetulnya membedakan antara kebutuhan dan keinginan itu mudah banget. Kebutuhan merupakan sesuatu yang harus dipenuhi agar seseorang dapat tetap hidup. Bila sebuah kebutuhan tidak dipenuhi, maka dapat memicu penyakit, tidak mampu berfungsi normal di masyarakat, bahkan menyebabkan kematian. Sementara keinginan diartikan sebagai hasrat seseorang untuk memiliki sesuatu, tapi bila tidak dipenuhi tidak akan membahayakan hidupnya.
- Ketika kita hendak membeli sesuatu, penting untuk menyadari dampaknya di masa akan datang. Dengan gaji Rp 20 juta sebulan, mungkin kita berpikir membeli tas seharga lima juta itu masih dalam kemampuan. Tapi kalau frekuensi pembelian setiap dua bulan sekali, apakah bisa dibilang bijak? Apakah kita yakin koleksi tas tersebut akan makin mahal? Belum lagi kalau kita tidak mempertimbangkan dengan pengeluaran lain yang wajib hukumnya, seperti sewa apartemen, transportasi dan makan. Kalau kita terus-terusan santuy melakukan pengeluaran yang cukup besar tanpa pikir panjang, maka hari tua kemungkinan hidup bakal standar-standar aja. - Cara Memenuhi Kebutuhan Akan Menentukan Masa Depan Keuangan
Karena makanan merupakan bagian dari kebutuhan hidup manusia, maka kita bela-belain cari restoran yang mahal dan bermutu. Tindakan ini juga berbahaya bagi kondisi dompet kita. Cara kita ‘ugal-ugalan’ memenuhi kebutuhan pastinya akan berdampak buruk di masa depan. Jadi selain harus bertanya pada diri sendiri, “Perlu enggak sih?” tiap membeli sesuatu, kita juga mesti bertanggung jawab atas semua transaksi yang akan dilakukan. - Perangkap emosi
Sebuah brand dibangun agar memiliki ikatan emosi dengan pembelinya. Psikolog Peter Noel Murray berkata bahwa emosi memegang peranan penting dalam proses pembelian. Emosi seringkali ‘menyetir’ otak kita saat melakukan transaksi. Kita menganggap beli tas limited edition lebih penting daripada melunasi tagihan kartu kredit. Bela-belain beli mobil di luar budget, karena naksir banget dengan modelnya. Yuk, mulai lebih sadar dengan emosi yang sering memanipulasi pikiran kita.