Perasaan yang positif selalu jadi acuan semua orang. Apapun masalahnya, jika dihadapi dengan positif, rasanya akan segera terselesaikan. Tapi nyatanya bagi beberapa orang, kata-kata positif justru menambah beban mereka. Ini tandanya mereka mengalami toxic positivity.
Perlu diingat, enggak semua orang butuh disemangati saat jatuh. Emosi punya pesan, apapun bentuknya. Marah, jijik, sedih, bahagia, takut. Sedangkan kata-kata positif yang dipaksakan bukanlah solusi, malah ia hanya memanipulasi perasaannya sendiri.
Emosi yang dipendam terlalu lama bisa membuat seseorang mati rasa. Saat seharusnya ia menangis, ia justru tersenyum, sehingga badannya akan bingung. Bahkan menurut psikolog, kebiasaan ini bisa berubah jadi psikosomatis alias penyakit fisik akibat pikiran. Lalu, bagaimana jika kita menghadapi toxic positivity?
-
Rasakan semua emosimu karena semua emosi adalah valid
Kenali semua emosi yang muncul dan cari tahu perasaan kita setelahnya. Menangislah jika ingin menangis. Perasaan negatif tak selamanya buruk, malah ini bisa jadi cara untuk jujur pada diri sendiri atas apa yang dirasakan, baik sedih, kecewa, atau marah.- - Stop menyalahkan diri
Segera hilangkan kebiasaan ini, karena omongan seperti “Aku salah” atau “Seharusnya aku enggak begitu”, justru akan tertanam di alam bawah sadar sehingga setiap ada masalah baru, kita seolah terprogram untuk menyalahi diri sendiri. Berikan pemahaman bahwa manusia tidak ada yang sempurna. - Sadari hidup tak selamanya bahagia
Mungkin Instagram-mu dipenuhi banyak wajah-wajah dan momen bahagia orang lain. Ingatkan pada diri bahwa konten di media sosial hanya sebatas personal branding. Kita tak diwajibkan untuk selalu merasa bahagia dan positif. Rasa sedih dan tidak bahagia sangatlah wajar. Kenali perlahan dan mungkin saja, kita bisa mulai berdamai dengan diri. - Mulai jadi diri sendiri
Tanyakan pada diri sendiri, seperti apa karakter kita di tempat umum, misalnya kantor? Kalau kita terbiasa menampilkan karakter palsu atau ‘topeng’, ini bisa jadi bibit toxic positivity. Terlalu keras berusaha menampilkan karakter yang berbeda dari kepribadian kita terasa sangat melelahkan. Ada baiknya untuk segera menanggalkan itu semua dan rasakan segala emosi yang ada untuk pribadi yang lebih sehat.- - Coba journaling
Menulis atau journaling bisa jadi checkpoint antara emosi kita dan situasi di luar. Kalau ada masalah atau sesuatu yang mengganggu pikiran, menulis bisa jadi alternatif meditasi baru untuk mengungkapkan segala unek-unek.
Itulah cara mengatasi toxic positivity yang bisa kamu tiru. Kebiasaan memendam akan menciptakan lingkaran berbahaya bagi kesehatan mental. Ingat, semua orang memang butuh bahagia, tapi jangan jadikan ini sebagai obsesi berlebihan. Cari cara baru untuk menyalurkan emosi negatifmu dengan ragam promo menarik seputar fitness dan wellness bersama digibank by DBS di https://www.dbs.id/digibank/id/id/promotion/sava dan juga https://www.dbs.id/digibank/id/id/promotion/farmaFest