Industri fashion jadi salah satu industri yang punya pergerakan cepat, khususnya berkat tren fast fashion yang tengah diminati dunia. Bisa dibilang, hampir setiap empat bulan sekali, koleksi mode terbaru bermunculan. Ironisnya, sebagian besar pakaian ini tak akan disimpan terlalu lama di lemari hingga menumpuk di pembuangan sampah. Padahal penelitian yang dilakukan Ellen MacArthur Foundation menunjukkan bahwa fashion menghasilkan emisi gas lebih besar setelah minyak.
Tak ingin membiarkan hal ini, aspiring designer, Sabrina, berkreasi menggunakan bahan-bahan daur ulang untuk koleksinya. Beberapa di antaranya seperti penggunaan ampas kopi untuk bahan jaket hingga celana pendek yang dibuat dari jaring ikan daur ulang. Kecintaannya pada daur ulang mulai muncul saat dirinya mengetahui fakta di balik industri garmen.
Lewat kreativitasnya sebagai desainer, Sabrina pun bertekad untuk membatasi kerusakan yang terjadi pada lingkungan dengan menggunakan semua jenis limbah dan mengubahnya menjadi item fashion yang trendi. Meski punya semangat dan tekad yang kuat, orang tua Sabrina tak mendukung keinginan putrinya. Mereka merasa edukasi tinggi yang dimiliki anak satu-satunya itu lebih dibutuhkan di industri mode premium kelas dunia.
Tak ingin menyerah, Sabrina meminta waktu untuk membuktikan tekadnya. Ia pun menggelar pagelaran busana yang bertajuk “Trashion” demi mempromosikan awareness akan pentingnya garmen daur ulang dan meningkatkan daya tarik pembeli. Berhasilkah ide Sabrina untuk meminta restu dari kedua orang tuanya? Tonton kelanjutan kisahnya di sini.