13/01/2016
Digital / Disruption
Indonesia telah menjadi pasar terbesar ¬e-commerce di Asia Tenggara. Pada 2014, Euromonitor mencatat, penjualan online Indonesia mencapai US$ 1,1 miliar, lebih tinggi dari Thailand dan Singapura. Namun, jka dibandingkan dengan total perdagangan retail, penjualan e-commerce di Indonesia hanya menyumbangkan 0,07 persen.
Artinya, pasar e-commerce Indonesia berpeluang untuk tumbuh semakin besar. Apalagi dengan jumlah penduduk dan tingkat produk domestik bruto (PDB) terbesar di ASEAN. Euromonitor memperkirakan rata-rata pertumbuhan tahunan (CAGR) penjualan online Indonesia selama 2014-2017 sebesar 38 persen. Produk yang paling laku antara lain buku, video games, produk elektronik, pakaian, serta pariwisata.
Infographic by KATADATA
Lazada dan Tokopedia adalah pemain online marketplace terbesar di Indonesia. Tokopedia bahkan mengklaim jumlah pengunjungnya mencapai 10 juta dan menjual sekitar 2 juta produk setiap bulan. Persaingan kelihatannya bakal semakin ketat setelah Lippo Group meluncurkan MatahariMall pada awal 2015.
Persoalannya, ada sejumlah masalah yang menghambat pertumbuhan pasar e-commerce Indonesia. Studi yang dilakukan McKinsey menyebutkan, kekhawatiran utama konsumen antara lain penipuan transaksi, keamanan dalam pembayaran online, hingga kualitas produk yang tidak sesuai dengan promosi gambar . Alhasil, perusahaan yang berhasil mengatasi sejumlah persoalan ini akan mencetak pertumbuhan terbesar dalam jangka menengah.
Memang sejumlah perusahaan telah menerapkan sistem pembayaran di tempat atau cash-on-delivery (COD) untuk mengatasi permasalahan ini. Seperti dilakukan Zalora yang juga memberikan jaminan uang kembali dan membuka layanan konsumen.
DBS Group Research dalam laporannya berjudul E-Commerce in Asia: Bracing for Digital Disruption menyebutkan, selain isu kepercayaan dalam bertransaksi, yang juga menjadi permasalahan adalah menyangkut pengiriman ke wilayah-wilayah terpencil.
Infrastuktur logistik yang kurang memadai, khususnya di luar Jawa-Bali, membuat e-commerce sulit menjangkau pasar wilayah terpencil di Indonesia. Karena itu, penjualan online selama ini terkonsentrasi di seputar Jakarta.
Perusahaan pengiriman barang JNE umpamanya, mengirimkan 60 persen paket e-commerce hanya di wilayah Ibukota. JNE saat ini adalah market leader untuk jasa pengiriman paket dari toko-toko online.
Tingginya penjualan online di Jawa dan Bali juga didorong tingkat penetrasi internet wilayah tersebut. Yogyakarta, Jakarta, dan Bali merupakan tiga provinsi dengan tingkat penetrasi internet tertinggi, yakni masing-masing sebesar 47 persen, 43 persen, dan 42 persen. Penetrasi terutama berasal dari para pengguna ponsel 3G. Dengan tingkat demografi dan potensi pertumbuhan ekonomi, ketiga provinsi ini merupakan pasar yang potensial bagi para pemain e-commerce.