Belakangan ini kita banyak mendengar banyak berita soal plastik dan bahayanya untuk lingkungan. Kampanye untuk mengurangi penggunaan plastik didengungkan di banyak bagian dunia. Beberapa negara mengharamkan sama sekali penggunaan kantong plastik dalam kegiatan sehari-hari, negara lainnya menetapkan pajak tinggi untuk kantong plastik, dan ada pula negara yang menetapkan biaya kepada pelanggan pada setiap lembar kantong plastik yang dikeluarkan oleh toko/supermarket.
Kampanye-kampanye ini adalah buah dari darurat sampah di seluruh dunia. ScienceMag menuliskan sampah plastik terus meningkat jumlahnya sejak tahun 1950 hingga 2015. Jika pada tahun 1950 hanya ada 2 juta ton per tahun, pada 2015 jumlahnya meningkat 190 kali lipat atau sama dengan 381 juta ton per tahunnya.
Ke mana perginya sampah-sampah itu?
Itu dia yang menjadi masalahnya. Indonesia adalah salah satu negara yang punya masalah besar dalam pengelolaan sampahnya. Selain Indonesia, negara-negara di kawasan Asia Timur dan tenggara, terutama China, juga mengalami masalah serupa.
Tak beres dikelola di darat, banyak sampah plastik akhirnya meluncur ke lautan. Sampah-sampah ini tentu saja membahayakan hewan laut dan ekosistem secara keseluruhan.
Sudah banyak kejadian hewan laut yang celaka karena sampah plastik. Penanganan secara menyeluruh diperlukan agar jumlah sampah dapat ditekan. Terkait kejadian itu, berikut fakta sampah plastik di laut yang dihimpun DBS dari berbagai sumber:
Pada 2016 lalu, World Economic Forum melangsir fakta sampah plastik di laut. Saat ini, ada lebih dari 150 juta ton plastik di perairan bumi. Jumlah itu bertambah 8 juta ton lagi setiap tahunnya. Bayangkan, ketika plastik yang lalu belum habis terurai, sudah datang lagi sampah baru.
Ini fakta sampah plastik di laut. Sampah itu butuh waktu ratusan tahun sebelum terurai sempurna. Dalam prosesnya sampah hancur menjadi partikel-partikel kecil, menyebar di seantero perairan dan tanpa sadar dikonsumsi oleh hewan-hewan di lautan.
Sampah-sampah itu terus membunuh makhluk hidup di lautan. Berdasarkan penelitian yang diterbitkan Sekretariat Konvensi tentang Keanekaragaman Hayati (United Nations Convention On Biological Diversity) pada 2016, sampah di lautan telah membahayakan lebih dari 800 spesies.
Dari 800 spesies itu, 40% nya adalah mamalia laut dan 44% lainnya adalah spesies burung laut. Data itu kemudian diperbarui pada Konferensi Laut PBB di New York pada 2017 lalu. Konferensi menyebut limbah plastik di lautan telah membunuh 1 juta burung laut, 100 ribu mamalia laut, kura-kura laut, dan ikan-ikan dalam jumlah besar, tiap tahun.
Fakta sampah plastik di laut berikutnya adalah, partikel-partikel sampah plastik (mikro plastik) tidak hanya memberikan dampak buruk bagi biota laut saja. Dalam jangka panjang, manusia juga akan terkena dampaknya. Hal itu terjadi karena manusia mengonsumsi ikan dan produk-produk dari laut. Ikan/hewan laut yang sudah menelan mikro plastik akan menyerap racunnya. Racun ini lalu berpindah ke manusia yang memakannya.
Ini adalah fakta sampah plastik di laut membuat prihatin. Grup Penelitian Jambeck mengeluarkan hasil riset mereka soal yang fakta sampah plastik di laut dalam jurnal berjudul Plastic Waste Inputs From Land Into The Ocean.
Data tersebut mengesahkan posisi Indonesia berada di nomor dua sebagai penyumbang sampah plastik ke lautan di dunia. Dalam angka, berikut fakta sampah plastik di laut itu: China menghasilkan jumlah sampah terbesar di laut, yaitu 262,9 juta ton sampah. Selanjutnya ada Indonesia (187,2 juta ton), Filipina (83,4 juta ton), Vietnam (55,9 juta ton), dan Sri Lanka (14,6 juta ton).
***
Menggunakan produk plastik dengan bertanggung jawab adalah cara kita berkontribusi dalam pengurangan sampah global. Pilih produk plastik yang bisa digunakan berulang kali dan setelah nanti tidak digunakan lagi produknya dapat didaur-ulang/dikreasikan menjadi barang fungsional.
Karena setiap sampah yang kita hasilkan membawa dampak untuk bumi tempat kita tinggal.